Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGGBP), Zocrates Sofyan Yoman. |
Jayapura, Tabloid-WANI — Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGGBP), Zocrates Sofyan Yoman, mengatakan, saat ini Gereja Baptis tersebar di 122 negara. Dijelaskann, pada setiap tahunnya Gereja Baptis se-dunia selalu mengadakan pertemuan untuk membahas persoalan pergumulan gereja yang dialami warga jemaatnya. Sebagaimana di Tahun 2016 dirinya baru saja menghadiri pertemuan Aliansi Persekutuan Gereja Baptis se-dunia yang berkantor pusat di Washintong DC, Amerik Serikat. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Vancouver, Canada pada 4-8 Juli 2016.
Baca juga: (Dewan Gereja Dunia Mendoakan Situasi Papua)
Pada pertemuan itu, dirinya diberikan kesempatan untuk berbicara sebagai Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Baptis West Papua, yang mana dirinya diminta untuk berbicara mengenai persoalan yang dihadapi umat Tuhan di Papua. Terutama mengenai persoalan ketidakadilan, kemanusiaan, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), pembunuhan aparat keamanan terhadap umat Tuhan dan lain sebagainya, yang tidak bisa dipungkuri bahwa hal itu membuat Papua sudah menjadi pembicaraan hangat masyarakat dunia internasional.
Dirinya menjelaskan persoalan pelanggaran HAM yang hingga kini tidak tuntas diselesaikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti kasus Paniai, dan banyak kasus HAM lainnya yang terjadi di Papua.
Kondisi ini perlu disampaikan, karena bagian dari penderitaan umat Tuhan yang harus diselesaikan, yang harus diselesaian gereja, karena itu bagian dari misi utama gereja untuk menyampaikan suara kenabian guna menyelamatkan umat Tuhan dari berbagai hal, contohnya mewartakan bahwa perintah Tuhan ‘Jangan Membunuh’, dan lain sebagainya, yang bukan pesan politik tetapi pesan dari Tuhan semata atau pesan Salib Yesus.
“Ini sebagai bukti bahwa saya mendapatkan legalitas internasional, karena saya punya jaringan dimana-mana. Gereja Baptis adalah salah satu gereja tersebesar di dunia, sehingga sudah seharusnya saya perdengarkan (sampaikan) kepada Persekutuan Gereja Baptis se-Dunia, karena gereja sebagai bagian dari tubuh Kristus yang harus dibicarakan,” ungkapnya ketika ditemui Koran ini di kediamannya, Minggu, (7/8).
Baca juga: (Tokoh Gereja: Papua Sudah Lama Ingin Merdeka)
Untuk itulah, hendaklah pemerintah jangan sampai keliru terhadap dirinya, karena dirinya tidak mengurus masalah politik ini dan itu, tetapi murni memperjuangkan penderitaan umat Tuhan selama ini yang kenyataannya masih disolimi/ditindas oleh negara melalui kekuatan tangan besi aparat keamanannya.
“Yesus menyampaikan bahwa gembalakan domba-domba (umat) Ku, nah itu tugasnya gereja. Saya memilih itu (Gembalakan umat Tuhan), karena situasi Papua ini, sehingga Tahun 1994 saya selesai dari Pendidikan Bahasa Inggris Uncen Jayapura, saya memilih gereja, karena melalui gereja ada kebebasan berbicara. Itu keputusan iman saya, maka selesai kuliah, saya persembahkan untuk Tuhan dan rakyat Papua. Jadi sudah jelas posisi saya untuk menyampaikan suara kenabian dari Tuhan,” katanya lagi.
Ditegaskannya, kenapa warga gereja Baptis masih saja memilih dirinya terus menjadi Ketua Umum PGGBP, karena dari Tahun 1998-2002 dirinya menjabat sebagai Sekretaris Umum PGGB, lalu dari Tahun 2002-2007 dan 2007-2012 serta 2012-2017 dipercayakan menjadi Ketua Umum PGGBP, bahkan bisa saja dirinya terpilih kembali pada Tahun 2017 mendatang. Itu semua karena dirinya dipercayakan Tuhan dan warga gereja Baptis di Papua untuk terus menyuarakan masalah kemanusiaan yang selama ini bertentangan dengan Firman Tuhan, yaitu kejahatan, ketidakadilan/ketidakbenaran.
Ditandaskannya, usai dirinya menjadi pembicara terhadap masalah Papua, ribuan warga gereja Baptis se-dunia yang hadir dalam pertemuan itu, bersepakat untuk turut berkoordinasi guna bersama-sama memperjuangkan untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan di Tanah Papua, juga di negara lainnya.
Sementara itu, terkait dengan masa jabatannya selaku Ketua Umum PGGBP Tanah Papua, bahwa akan berakhir pada Desember 2017, maka disini PGGBP melaksanakan kongres setiap 5 tahun sekali dan di Tahun 2017 PGGB menggelar kongres yang ke-18 di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya pada 9-14 Desember 2017.
“Untuk sukseskan itu tentunya membutuhkan panitia yang bekerja, sehingga dirinya melantik panitia pada 23 Agustus 206 di Tiom di tengah-tengah jemaat Gereja Baptis,” jelasnya.
Diharapkan kepada warga gereja Baptis untuk tetap menjaga solidaritas, persatuan dan kesatuan, menjaga otoritas otonomi jemaat (idenpendensi dan kemandirian) harus dijaga, karena gereja Baptis tidak tergantung kepada siapapun, karena gereja didirikan diatas batu karang (didirikan atas dasar Firman Allah) yang teguh dan alamaut tidak akan menghampirinya (gereja), tetapi jika ada bantuan pemerintah dipersilakan, namun tidak bantu juga itu terima kasih.
Copyright ©Bintang Papua
Tanggapan anda, Silahkan beri KOMENTAR di bawa postingan ini…!!!