Pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro. |
Hari ini, 26 November 2016, sang pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro meninggal pada umur ke 90 tahun. Sudah banyak gerakan perlawanan di dunia yang terinspirasi dari revolusi Kuba. Sepeninggalan Che Guevara, Fidel Castro menjadi salah satu pemimpin dunia yang paling dibenci oleh kekuasaan imperialis Amerika Serikat. Lantas Apa saja yang bisa kita belajar dari Fidel Castro dalam perjuangan melawan kungkungan imperialisme asing dan kolonialisme Indonesia di West Papua saat ini? Di sebuah sudut kota, sambil mengenang kematiannya, kawan Surya Anta, bercerita tentangnya:
1. Kepeloporan dari konsep fokoisme
Paska gerakan 26 Juli 1953 gagal, dan hanya bersahkan belasan orang, Fidel Castro tetap mempertahankan taktir gerakan bersenjata. dalam pandangan Fidel Castro perjuangan bersenjata adalah taktik untuk menunjukan kepada rakyat Kuba kemenangan-kemenangan kecil melawan tentara resim Batista. Kemenangan-kemenangan kecik ini baginya akan memunculkan kepercayaan rakyat melawan rezim Batista.
2. Fleksibilitas
Castro tidak mengadopsi strategi taktik dari Rusia maupun China, tetapi dia menyesuaikan dengan situasi politik dan geografis Kuba. Castro mengkombinasikan perjuangan kota dan gerilya meskipun komando berada di tangan gerilyawan. Castro juga tidak membangun garis merah tetapi serangan terorganisir yang berpindah-pindah.
3. Kompromi
Kepemimpinan politik Castro ditunjukkan dengan aliansi bersama kelompok demokratik yang bekerja di perkotaan. Castro menyadari bahwa rezim Batista harus diisolir dengan persatuan gerilyawan dan gerakan perjuangan sipil.
4. Internasionalis
Catro sadar bahwa perjuangan Kuba melawan resim Batista yang disokong oleh rezim Amerika Serikat tidak bisa bersandar dari kekuatan sendiri. Karena itu, solidaritas internasional dia galang. Persekutuan dengan Che Guevara adalah hasil dari penggalangan dengan internasional. Castro juga meyakinkan kepemimpinan Che Guevara saat ada yang meragukan kepemimpinan Che Guevara karena dia bukan berasal dari Kuba melainkan Argentina. Castro meyakinkan bahwa perjuangan Kuba merupakan perjuangan berkarasteristik internasionalisme.
5. Keteguhan Politik
setelah penggulingan rezim Batista dan pemerintahan sementara bersama kelompok demokrat moderat (liberal) mulai bergerak keluar jalur, Castro melawan mayoritas pimpinan dalam pemerintahan, meskipun diperhadapkan dengan moncong senjata ia tetap berpidato bahwa perjuangan rakyat Kuba adalah perjuangan yang harus anti Imperialisme dan anti Kapitalisme. Keteguhan politik inilah yang membuat Kuba bisa bertahan dalam masa 50 tahun embargo ekonomi dari Amerika dan invasi teluk Babi.
5. Partisipatif
Castro tidak meninggalkan prinsip pastisipatif politk rakyat sebagai kekuatan revolusi Kuba. Castro bukan Stalin yang membubarkan Dewan Rakyat. Castro tetap mempertahankan Dewan-Dewan rakyat dan menempatkan tentara sebagai kekuatan yang tak terpisahkan dari rakyat. Bagi Castro rakyatlah tentara itu.
5. Pembangunan Manusia
Revolusi Kuba bagi Castro adalah pembangunan manusia. Perjuangan menggulingkan rezim Batista tidaklah sekedar menggulingkan kediktatoran tetapi lebih jauh lagi membangun manusia-manusia Kuba. Dalam kepemimpinan Castro hingga menghembuskan nafas terakhir, adalah negeri dengan tingkat melek huruf paling tinggi. Negeri dengan tingkat kesehatan tertinggi. Negeri dengan pendidikan dan kesehatan yang gratis. Negeri dengan mentalitas super relawan yang paling baik.
Copyright ©Victor Yeimo | Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com