Seorang korban pemukulan polisi, Deserius Goo, Jumat (20/01/2017). Foto: Philemon Keiya |
Dogiyai – Tiga pemuda Dogiyai, masing-masing Deserius Goo (22), Ferdinand Tebai (20) dan Diakon Aleks Pigai (30) dihajar aparat di Kepolisian Sektor (Polsek) Moanemani, Jumat (20/01/2017) siang.
Hal itu, menurut Sekretaris Kampung (Sekam) Yotapuga, Nolasius Dou bermula dari dirinya yang menjadi korban senggol mobil Avanza yang melaju dengan kecepatan tinggi di Kali Tuka, Terminal Moanemani.
Dirinya sedang keluar dari arah rumah sakit Moanemani dengan sepeda motor, ketika dari ara berlawanan muncul mobil Avanza melaju kencang. Nolas mengaku sulit mengendalikan motor yang dibawanya karena mobil avanza yang melaju dan tampak tak terkendali menuju ke arahnya.
Sopir avanza tersebut kemudian menyenggol Nolas hingga dia tersungkur ke bagian kiri dekat Kali Tuka.
Tidak terima dirinya jatuh, Nolas menyusul Avanza tersebut yang mengamankan diri ke Polsek Moanemani karena khawatir dampak dari perbuatannya. Rupa-rupanya, menurut Dou kepada Jubi, kejadian itu tidak hanya menimpa dia, tetapi pemuda lainnya, Ferdinand Tebai, yang juga menyusul supir ke Polsek untuk memrotes perilaku berlalu lintas si supir.
Menurut Nolas, di Polsek tersebutlah dia melihat seorang pemuda, Ferdinand Tebai yang ditahan polisi lalu dipukul aparat Polsek tersebut. Dia sempat mendatangi polisi yang sedang memukul Ferdinand Tebai. Tujuannya menahan polisi agar tidak memukul, namun dirinya juga dipukul.
“Ini saya punya bibir bagian atas picah,” kata Nolas sambil tunjukan luka bengkaknya.
Salah seorang korban lainnya, Deserius Goo mengatakan, selang beberapa menit, puluhan pemuda sepakat untuk datangi Polsek. Tujuannya, kata dia, meminta Ferdinand Tebai dibebaskan. “Awalnya kami datang ke Polsek baik-baik,” katanya.
Dia menceritakan sesampai di Polsek, beberapa perwakilan para pemuda itu masuk ke Polsek. Namun, melihat puluhan pemuda yang datang, anggota polisi terlanjur keluarkan tembakan.
“Polisi brutal jadi teman-teman bubarkan diri,” jelasnya.
Kata Goo, hanya beberapa orang yang tertinggal, termasuk dirinya. Lalu a mengaku dikeroyok oleh belasan polisi. Akibatnya, beberapa bagian mukanya bengkak dan sebagian besar ikut memar, kepalanya juga bocor. Di bagian tulang belakang juga terlihat bekas luka akibat dipukul benda keras.
“Luka seperti saya itu, sama Ferdinand juga ada. Kami dua dipukul dan disiksa sampai muka darah,” katanya.
Dikabarkan, selain tiga pemuda, beberapa pemuda juga menjadi korban pemukulan Polisi saat itu. Namun, para pemuda itu berhasil melarikan diri.
Polisi klaim ‘aksi karena reaksi’
Terkait kejadian itu, Kapolsek Kamuu, AKP Mardi Marpaung SSos mengatakan, pihaknya terpaksa keluarkan tembakan karena banyak pemuda mendatangi Polsek dengan brutal. “Ini markas kami. Siapapun yang datang dengan emosi, pasti kami akan terima dan layani,” jelas Marpaung.
Ia akui, terpaksa pihaknya keluarkan tembakan ke udara. Tujuannya, untuk bubarkan masa aksi yang brutal. “Jadi, kami aksi karena ada reaksi,” tegasnya.
Dia meminta kepada Pemda dan DPR Dogiyai agar memberikan pemahaman kepada warga Dogiyai. Karena, kata dia, Dogiyai merupakan daerah yang aman dari berbagai masalah.
Marpaung juga mengaku ada dua anggota Polsek sempat dipukul para pemuda.
Menanggapi peristiwa tersebut, siang itu juga sekitar pukul 14 waktu setempat terjadi pertemuan yang menghadirkan sejumlah tokoh penting Dogiyai di Kantor Polsek Moanemani yang menyepakati agar semua pihak menjaga keamanan dan ketertiban.
Usai pertemuan dengan Polisi, Asisten I Pemda Dogiyai, Simon Anou mengatakan pihaknya bersama anggota DPR Dogiyai sudah datangi pihak keamanan.
“Kami sudah ketemu dengan Polsek dan jajarannya. Dalam pertemuan tadi, kami telah bicarakan apa yang sudah terjadi tadi siang,” ujarnya.
Dirinya sudah meminta kepada Kapolsek agar ketiga pemuda yang sudah ditahan agar dikeluarkan.
Akhirnya, usai pertemuan, ketiga pemuda yang ditahan dan dipukul polisi itu dibebaskan.
Peristiwa ini terjadi ditengah keresahan warga Dogiyai terhadap tindakan aparat keamanan gabungan yang beberapa bulan terakhir ini melakukan sweeping yang menurut masyarakat telah meresahkan dan berbuah kekerasan.
Ribuan masyarakat Dogiyai turun ke jalan di DPRD Dogiyai beberapa waktu lalu memrotes tindakan aparat dalam operasi Mantap Praja jelang Pilkada tersebut.(*)
Copyright ©Tabloid JUBI | Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com