Tuisau Uelese Petaia (kiri) jurnalis senior Samoa yang terlibat konfrontasi dengan diplomat Indonesia di Apia, Samoa dalam konferensi pers tentang West Papua. |
Jayapura — Tuisau Uelese Petaia, jurnalis Samoa yang sempat terlibat ketegangan dengan para diplomat Indonesia dalam konferensi pers di Forum Negara Kepulauan Pasifik (PIF) awal September lalu, menolak tawaran Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tonga dan Samoa, Tantowi Yahya.
“Saya tidak akan menerima tawaran diplomat Indonesia itu jika perjalanan ke West Papua yang mereka tawarkan dilakukan oleh pemerintah Indonesia,” kata Tuisau, melalui surat elektronik yang dikirimkan kepada redaksi Jubi, Senin (18/9/2017).
Tuisau menginginkan perjalanan jurnalistik yang independen di West Papua.
“Anda jurnalis, sama seperti saya kan? Anda pasti ingin liputan yang independen. Perjalanan anda tidak dibiayai pemerintah Indonesia dan anda pun tidak tinggal di hotel yang dibiayai pemerintah Indonesia kan?” ia mengungkapkan apa yang jadi pertimbangannya.
Ia pernah mendengar delapan jurnalis Pasifik dan Afrika yang datang ke West Papua atas undangan Kementerian Luar negeri Indonesia dan tentu saja dibiayai oleh pemerintah Indonesia.
Kedelapan orang tersebut berasal dari Fiji Sun (Fiji), Vanuatu Daily Post (Vanuatu), Islands Sun (Kepulauan Solomon), Focus Magazine (Ethiopia), Radio National Madagascar (Madagaskar), The Standard (Kenya), dan The Guardian (Tanzania). Mereka adalah peserta. Journalist Visit Program (JVP) 2015 yang digelar oleh Kementerian Luar Negeri. Kegiatan JVP itu merupakan rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Asia dan Afrika yang telah dilaksanakan pada 22-23 April 2015.
Program JVP Asia Pasifik dan Afrika ini mengunjungi daerah-daerah di Indonesia antara lain Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung dan Jayapura.
Saat ditanyakan apa yang sebenarnya terjadi dalam konferensi pers tersebut, jurnalis senior Samoa ini mengatakan ia hanya bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di West Papua.
“Mereka (diplomat Indonesia) menjawab tidak ada yang terjadi di West Papua. Lalu saya saya bertanya bagaimana dengan pembunuhan yang terus terjadi di West Papua? Disitulah mulai terjadi ketegangan karena diplomat Indonesia yang berasal dari West Papua mulai berteriak kepada saya,” jelas Tuisau.
Dalam konferensi pers tersebut, Tantowi Yahya mengundang jurnalis yang hadir untuk berkunjung ke West Papua.
“Siapapun, terutama wartawan, orang-orang LSM, yang benar-benar ingin tahu apa yang terjadi di Papua dan bagian lain dari Indonesia, mereka boleh menghubungi saya sebagai Duta Besar untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga,” katanya, menyampaikan undangan untuk datang ke West Papua.
Media (internasional), menurut Tantowi dimanjakan dengan informasi berita palsu, berita yang dipelintir dan bahkan tipuan dan Indonesia benar-benar tidak mendapatkan kesempatan untuk memberi tahu tentang apa yang terjadi.
Menurutnya, Indonesia berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu secara terbuka dan dalam cara yang transparan. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com