Sentani, Tabloid WANI — Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Sentani, Numbay bersama rakyat West Papua wilayah Tabi mengadakan ibadah syukuran di Sentani (29/09/2017).
Ibadah ini dilakukan sebagai bentuk ucapan rasa syukur, karena setelah lima puluh (50) tahun perjuangan yang cukup lama untuk aspirasi rakat West Papua tibah di PBB, akhirnya pada tahun 2017, hasil dari upaya kerja keras dan dukungan oleh semua pihak yang terlibat, sehingga aspirasi bangsa Papua itu telah berada di sekretariat para pemimpin Dunia.
Baca ini: (Petisi Rakyat West Papua, yang Ditandatangani oleh Lebih dari 1,8 Juta Orang, telah Diserahkan Kepada PBB)
Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia Nasional Petisi Manual rakyat West Papua, Bazoka Logo dalam sambutannya mengatakan, didalam dunia perjuangan, kami mengetahui perjuangan negara-negara yang telah merdeka ketika mereka menang, namun kita tidak mengetahui proses seperti apa yang yang mereka lalui untuk memperoleh kemenangan kemerdekaan itu.
Bazoka Logo sedang lakukan jumpa pers usai Kegiatan Pengucapan syukur di Sentani, Jayapura, West Papua Jumaat (29/09/2017). Foto: KNPB Numbay. |
Bazoka mengatakan, beberapa tahun yang lalu, dalam perjuangan Papua Merdeka kami belum pernah melakukan sesuatu hal yang bersifat nyata untuk menentang negara Republik Indonesia ini, tetapi sekarang kami telah melawan Indonesia dengan wujud nyata. Saat ini bangsa Papua telah mencuri perhatian dunia melalui Petisi Manual Rakat West Papua. Kepanikan Indonesia sedang nyata melalui propagandanya di media, yang beranggapan, Petisi itu tipu. Tetapi hal itu (petisi) sedang nyata diperdebatkan di dunia Internasional.
Baca ini: (Buchtar Tabuni, Petisi Manual : Permohonan Bangsa Papua Kepada PBB)
Bazoka Logo yang juga selaku Juru bicara Nasional KNPB ini mengilusikan: “Jika kita mau tebang sebuah pohon, maka, peralatan yang kita gunakan untuk menebang pohon harus dengan alat yang selayaknya, agar pohon itu tumbang. Jika kita menebang pohon, maka contoh alat ang kita pakai adalah, seperti Sengsor, Kapak dan alat layak lainnya. Kita tidak bisa menebangnya dengan sebuah pisau kecil”, artinya: Saat pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakat Papua (PEPERA) pada tahun 1969, dari sekian banyak populasi Masyarakat pribumi West Papua saat itu (800.000 orang lebih), namun, hanya 1.026 orang yang mewakili seluruh orang Papua untuk terlibat dalam PEPERA itu, dan saat pelaksanaannya, meskipun pemilihan dilakukan penuh dengan teror dan intimidasi terhadap peserta pemilihan, namun bukti dari hasil itu, saat ini kami ada dengan Indonesia. Sehingga untuk melawan 1.026 suara yang tidak benar itu, kita harus melibatkan seluruh rakyat West Papua untuk menandatangani petisi ini sebagai bukti perlawanan bahwa, Penentuan Nasib Sendiri yang dilakukan versi Indonesia atau yang diasingkan PEPERA itu tidak benar, karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Internasional.
Foto: Rakat West Papua menghadiri ibadah syukuran di Sentani, Jumaat (29/09/2017). Foto: KNPB Numbay. |
Penggalangan petisi Manual rakyat West Papua ini dilakukan untuk melawan peristiwa 1969 itu, dan menuntut Dunia Internasional (PBB) untuk dilakukan pemungutan suara ulang sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Internasional, yang diawasi langsung secara Internasional atau #Internationally Supervised Vote.
Baca ini: (KNPB Bersama Rakyat Papua Merayakan Kemenangannya atas Petisi West Papua Tiba di C24 PBB)
Manurut Bazoka, Indonesia akan mengatakan petisi itu tipu, petisi itu tidak benar dan seterusnya… tetapi… kalau secara hukum, kami melawan hukum dengan cara-cara yang bermartabat dan gentleman. Ia menegaskan perjuangan kami adalah melawan hukum Indonesia dengan cara-cara yang bermartabat. West Papua diklaim dan dianeksasi melalui resolusi di Majelis Umum PBB, maka kita akan berjuang untuk melawan dan mencabut itu di PBB juga, Ia mengilusikan: “Kami (Papua) dimasukan ke Indonesia lewat Pintu depan, maka kita akan kejar, masuk dan mencabutnya lewat pintu depan pula. Kita tidak main kucing-kucingan lewat pintu belakang”.
Baca ini: (Tentang: Internationally Supervised Vote for West Papua)
Saat ini petisi rakyat West Papua ini telah digalang dari seluruh wilayah West Papua, dari sorong sampai Merauke, dan hasil dari itu, dalam bentuk dokumen telah sampai di PBB. Rakat West Papua melakukan tanda tangan pada petisi ini, maka, bangsa Papua sedang menyatakan sikapnya bahwa PEPERA 1.969 dengan jumlah suara 1.026 itu tidak benar. Logikanya; Jika penandatanganan petisi ini tidak terjadi, maka otomatis rakyat West Papua merasa bagian dari Indonesia, tetapi 1.804.421 orang, atau diperkirakan 70,88% rakyat Papua telah menandatangani Petisi ini, maka 1.969 tanda tangan tahun 1969 itu tipu.
Baca sejarah berikut ini:
Posted by: Admin
Copyright ©Tabloid WANI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Referendum