Dark
Light
Today: September 16, 2024
7 years ago
51 views

Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua

Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua

Brutalnya Polisi Indonesia saat ini sedang melebihi batas wajar.

Kalo beri pelajaran tuh’ yang wajar saja juga lah… Jangan terlalu berlebihan begitu, sampai lakukan tindakan kekerasan yang berlebihan terhadap rakyat sipil

Kekerasan yang dilakukan oleh Tentara dan polisi Indonesia terhadap rakyat West Papua selama bulan Oktober 2017 belum lama ini.

Tanggal, 4  dan 16 Oktober 2017: Mahasiswa Papua yang belajar di Manado dan Tomohon, Sulawesi, diteror dan tempat tinggal Asrama’nya diperiksa oleh polisi Indonesia.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Mahasiswa Papua diintimidasi dan diinterogasi oleh polisi Indonesia di asrama mereka di Manado Sulawesi.
8 Oktober 2017: Di Sorong, Polisi Indonesia menyita 4 kantong buah tradisional Papua dengan bendera West Papua. Ketika ditanya mengapa, mereka menjawab, “Karena itu mengerikan dan melanggar hukum”, menurut Polisi Indonesia.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Polisi Indonesia di Sorong berpose dengan tas noken Bintang Fajar yang disitanya karena memiliki.
11 Oktober 2017: Korban bernama Yunus Manaruri, Pelajar Kelas X, SMUN 01 Wondama, dikeerotok oleh Polisi Indonesia.
Kronologis Kasus
Korban bernama Yunus Manaruri, Pelajar Kelas X, SMUN 01 Wondama, berkendara motor roda dua dari Rado menuju ke sekolahnya. Dipertengahan jalan terlihat petugas Polisi lalu lintas (Polantas) dan membuat Yunus berniat tidak melanjutkan perjalanannya. Namun, Yunus urung kembali ke rumah dan terus melanjutkan kendaraan menuju sekolah.
Ketika sampai di depan mata jalan menuju SMA, petugas Polantas menahan dan melakukan pemeriksaan.
“Kasat Lantas yang menahan saya, beliau tanya, mana ko SIM?”, cerita Yunus. Kemudian, Yunus menjawab tidak ada.
Kasat lantas juga tanya STNK, tapi tidak ada. Kasat lantas tanya STNK lagi, tanya lagi siapa punya motor. “Saya jawab ini punya kakak, kemudian beliau cabut kunci motor, tapi saya minta beliau kembalikan kunci, karena kunci lemari ada didalam jok motor. 
Ketika kunci sudah ditangan, saya langsung hidupkan motor untuk lari sekolah namun, beliau menahan belakang jok motor dan saya jatuh kedalam parit”, cerita Yunus.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Yunus Manaruri, Pelajar Kelas X, SMUN 01 Wondama, dikeerotok oleh Polisi Indonesia.
Setelah bangun dari parit, Saya langsung meninju beliau persis dibibir, kemudian anggota lain yang berada disitu mendorong saya masuk ke dalam kios (bangunan baru). Petugas menahan saya, lalu lainnya mengeroyok memukul dan menendang hingga saya tidak menyadarkan diri.

Ketika sadar kembali, saya diperintah naik ke mobil menuju Kantor Polres Teluk Wondama di Isei (Distrik Rasiei). Dalam perjalanan, petugas Polres di mobil memukul wajah saya dan mem foto dengan HP, terjadi beberapa kali. 

Yunus menceritakan, setelah turun dari mobil dan tiba di ruang jaga Polres, petugas ruang jaga pukul Yunus. Tiba-tiba datang seorang petugas lantas memukul saya dua kali di bagian kepala. Petugas tersebut menggunakan cicin batu akik sehingga mengakibatkan bagian dahi kepala bintul. 

“Mereka ancam saya, katanya kaya-kaya begini bagus bawah ke lapangan tembak dan tembak kasi mati kemudian saya disuruh angka tangan ke atas meja dan ada anggota mengatakan akan memotong tangan saya dengan sangkur”, cerita Yunus. 

Korban Yunus juga mengalami penyiksaan saat ditahan, “Petugas menyuruh saya memungut sapu yang gagangnya dari pipa besi, lalu memukul saya dengan gagang sapu dan membuat kepala saya luka, gagang sapu tersebut bengkok. Anggota lain menyuruh saya duduk merapat dekat pintu sel, lalu ia menendang rahang saya dengan sepatu. Saya masih rasa sakit dirahang.
Ada juga petugas menikam kepala saya dengan gagang sapu, saya disiksa dipukul dengan menggunakan selang air hingga tangan saya bengkak, saya juga disuruh push up dan loncat jumping jack dalam sel”, ungkap Yunus.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Yunus Manaruri.

Saat ini, korban merasakan kesakitan diseluruh badan, pinggang sakit, mata bengkak, gangguan pendengaran, bibir pecah mengeluarkan darah, hidung bengkak dan susah bernafas. Susah tidur dan makan, tenggorokan dan rahang terasa sakit. Jumat, 13 Oktober 2017, Bapak Oparay, anggota polisi, membawa korban pulang ke rumah dalam kondisi masih buruk. Setelah polisi pulang keluarga membawa Yunus ke UGD untuk di periksa dokter dan Yunus dirawat dirumah saja. Rabu, 18 Oktober 2017, saat ini, Yunus masih dalam keadaan yang sakit serius, korban belum bisa bangun sendiri dari tempat tidur, mau ke kamar kecil harus di bantu ke dua saudaranya. Keluarga hanya melakukan pengobatan tradisional berupa daun-daun. Kamis, 19 Oktober 2017, pihak Polres membawa korban ke rumah sakit untuk di periksa dan menurut saudaranya yang juga seorang petugas kesehatan, mengatakan bahwa Yunus akan di rujuk ke Manokwari, kerana ada indikasi tulang jari tangan diduga retak.

14 Oktober 2017: Di Port Numbay (Jayapura), aktivis Papua Merdeka, yang berusia 19 tahun, bernama Alex Sambom dari KNPB ditemukan tewas. Dia telah ditelanjangi dan dibunuh secara brutal. Dipercaya bahwa ia dipukuli sampai mati dengan kayu.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Aktivis KNPB berusia 17 tahun, Alex Sambom (kiri) yang ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan telanjang.
16 Oktober 2017: Di Dogiyai, seorang pria, Petrus Iyai dipukuli secara brutal polisi Indonesia (BRIMOB), ketika menuntut upah pembayarannya yang benar setelah menurunkan 2 penumpang di bandara Moanamani, Nabire.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Petrus Iyai, seorang pria yang disiksa secara brutal oleh polisi Indonesia karena menuntut upah pembayarannya.
16 Oktober 2017: Di Port Numbay, adik dari seorang aktivis Papua Merdeka, Rosalina Fonataba diserang oleh tersangka anggota polisi Indonesia. Dia menderita luka di tangan dan kakinya dan diyakini dia ditargetkan karena Rosalina sering mengunggah foto dengan bendera West Papua di media sosial.
Di Papua, Tentara dan Polisi Indonesia Makin Ganas Terhadap Orang Papua
Adik dari seorang aktivis Papua, Rosalina Fonataba (tengah) diserang dan tersingkir dari motornya oleh tersangka anggota polisi Indonesia.
Serangan dan pembunuhan oleh orang tak dikenal (OTK) sekarang sedang mengiringi kehidupan sehari-hari rakyat West Papua.


Posted by: Admin
Copyright ©report to Tabloid WANI | Free West Papua Campaign “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.