Makam empat siswa korban Paniai Berdarah saat kerabatnya memasang kramik, 13 Desember 2014 lalu – Foto: Abeth You. |
Paniai — Insiden Paniai Berdarah di lapangan sepak bola Karel Gobay Enarotali, 8 Desember 2014 belum menemukan titik terang. Pemerintah belum menetapkan seorang pun pelaku agar mempertanggungjawabkan tindakannya.
“Pemerintah dan aparat jangan lupa kasus Paniai Berdarah. Kami masih ingat saat Natal 2014 di stadion Mandala Jayapura beberapa pekan usai kasus Paniai, Presiden Jokowi berjanji akan mengusut kasus itu,” kata tokoh agama Katolik di Paniai, Pater Santon Tekege, Pr, di Enarotali, Kamis, (7/12/2017).
Pater menyatakan tidak percaya kepada pemerintah Republik Indonesia yang dinilai tak serius menyelesaikan kasus Paniai Berdarah dan kasus pelanggaran HAM lainnya di Papua.
Sedangkan insiden Paniai berdarah telah merenggut nyawa empat pelajar masing-masing Alpius Youw, Yulian Yeimo, Alpius Gobay dan Simon Degey.
“Tapi hingga kini Presiden sama sekali belum menyinggung sejauh mana upaya penyelesaiannya dan sekarang sudah tiga tahun,” kata Pater menambahkan .
Ia menuding pemerintah tidak serius menunjukkan keberpihakan melindungi warganya dari bentuk- pelanggaran HAM. Tak ada kejelasan pengungkapan kasus itu membuat masyarakat Pania kecewa karena kasus pelanggaran HAM berat itu diabaikan.
“Masih jalan di tempat tanpa kemajuan dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM lain di Papua,” katanya.
Ketua DPR Papua, Yunus Wonda ketika bertemu Duta Besar Hak Asasi Manusia (HAM) Belanda, Kees van Baar juga menyampaikan sejumlah pelanggaran HAM di Papua.
“Kami menjelaskan kondisi Papua kini. Penyelesaian pelanggaran HAM yang jalan di tempat, ruang demokrasi yang dibungkam dan kebebasan pers yang jauh dari harapan,” kata Yunus Wonda.
Ia mengaku kasus HAM belum tidak satu pun diusut hingga ke pengadilan. “Kecuali kasus Theys Eluay. Itu pun pelaku justru diberi jabatan,” kata Wonda menjelaskan. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com