Dark
Light
Today: October 4, 2024
7 years ago
118 views

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Terkendala Topografi dan Luas Wilayah

Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Terkendala Topografi dan Luas Wilayah
Sejumlah siswa sekolah dasar saat membeli makanan ringan di luar sekolah – Foto: Engel Wally.

Sentani — Persoalan pendidikan yang mendasar di Kabupaten Jayapura adalah topografi wilayah yang berada pada daerah yang sulit dijangkau dengan fasilitas transportasi serta luas wilayah.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Alpius Toam, saat di temui di Sentani.

Menurutnya, dalam hal pengawasan yang harus dilakukan setiap pengawas sekolah yang ditetapkan akan kesulitan menjangkau tempat-tempat ini walaupun dengan mengandalkan pendapatan dari gaji dan honor yang diterima.

“Kita sebut saja distrik Ravenirara atau Yokari. Sekalipun gaji seorang pengawas yang tinggi juga tidak akan mencukupi biaya perjalanannya untuk melakukan pengawasan di daerah ini. Oleh sebab itu langkah efektif dan sedikit membantu yang kita lakukan adalah menggunakan speedboat milik dinas yang diparkir di dermaga Depapre. Pengawas hanya cukup membeli bahan bakar untuk menggunakan speedboat tersebut dalam melakukan pengawasan,” jelas Alpius Toam, di Sentani, Senin (11/12/2017).

Dikatakan, dari sisi pembiayaan untuk pendidikan di Kabupaten Jayapura secara khusus pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama (SMP) selama setahun yang sesuai dengan standart pelayanan minimum, bisa mencapai Rp 70 miliar per tahun.

“Sampai saat ini kita masih kekurangan tenaga guru. Dampaknya kepada literasi para siswa. Ada yang sudah lulus sekolah dasar tetapi belum bisa membaca dan menulis. Dengan besaran dana yang dihitung ini dipastikan dapat menjawab semua persoalan di tingkat pendidikan dasar. Kita berharap tahun mendatang apa yang dirancang dalam program akan dilaksanakan dengan baik sehingga mutu pendidikan di daerah ini terus mengalami peningkatan,” ujarnya.

Abimelek Yanuaring, warga masyarakat Grimenawa, mengatakan masih banyak guru yang tidak bekerja sesuai panggilan hati sehingga tugas dan tanggung-jawabnya ditinggalkan.

“Menjadi seorang tenaga pengajar atau guru itu bukan hal gampang. Di waktu-waktu yang lalu seorang yang disebut sebagai guru akan merasa berdosa ketika tugas dan tanggung jawabnya tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini berbeda dengan jaman sekarang yang sudah sangat moderen tetapi wawasan dan cara berpikir sama sekali tidak menujukkan sebuah kemajuan. Ketika seorang guru tidak melaksanakan tugas tanggung jawabnya dengan baik, dia telah memangkas satu generasi yang tidak akan berhasil mencapai masa depan yang baik,” ungkapnya. (*)

Copyright ©Tabloid JUBI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.