Jayapura — Keberadaan kayu Soang yang selama ini tumbuh di tanah Papua terancam punah. Tercatat komoditas kayu dari salah satu jenis tanaman endemik di tanah Papua itu semakin langka karena setiap hari ditebang untuk bahan bakar dapur .
“Kayu endemik yang banyak tumbuh di Kota Jayapura itu mulai habis karena ulah masyarakat,” kata Koordinator Forum Peduli Port Numbay Greend (FPPNG), Freddy Wanda, kepada Jubi belum lama ini.
Menurut dia, selama ini banyak di sosialisasi tentang pentingnya melindungi kayu Soang dari ancaman kepunahan, namun upaya itu masih jauh dari harapan karena orang asli Port Numbay banyak yang tak peduli.
“Meski Forum Peduli Port Numbay Greend sudah melakukan penanaman kembali,” kata Wanda menjelaskan.
Ia berharap lembaga penanaman dan pembibitan perlu menyiapkan bibit kayu soang sebanyak mungkin untuk di tanam kembali.
Sementara itu Kepala pemerintah kampong Enggros, Orgenes Meraudje, menyatakan kepunahan kayu Soang dirasakan oleh masyarakat yang sebelumnya bisa memanfaatkan kayu untuk bangunan rumah.
“Keberadaan kayu Soang mulai habis, sekarang bangunan rumah menggunakan beton,” kata Meraudje.
Menurut dia, warga kampung sebelumnya punya menejemen tradisional memanfaatkan kayu Soang untuk membuat rumah. Mereka tak sembarangan menggambil kayu di hutan, harus memilih kayu yang benar- benar sudah tua agar bangunan berbahan kayu soang tidak cepat roboh.
“Mengambil juga itu khusus di mana tempat moyangnnya ambil maka anaknya juga akan menggambil kayu dari hutan yang sama untuk membangun rumah yang fungsinya sebagai tiang penyangka,” kata Meraudje, menjelaskan.
Menurut dia, rumah berbahan baku kayu soang di Kota Jayapura bisa bertahan 5 hingga 10 tahun. Kayu soang juga dikenal tahan dari air laut serta tidak mudah patah atau roboh, selain itu pengambilan kayu mengunakan ritual khusus
Sayangnya jenis kayu yang dalam bahasa latin Xanhosthemon novaguineense valeton itu kini mulai habis untuk kepentingan kebutuhan dalam rumah tangga menjadi bahan dapur. Kayu soang yang sangat baik untuk membuat arang sering berakhir di pembakaran restoran di Kota Jayapura.
Kayu soang kebanyakan tumbuh di sekitar kawasan gunung Siklop sampai di pasir enam gunung, penyebaran kayu itu dari kabupaten hingga Kota Jayapura. Keunggulan kayu soang yang lebih hemat untuk pembakaran menjadi alasan para pengelola rumah makan memilih kayu itu.
Seorang penebang kayu soang, warga Angkasa, Kota Jayapura, Agus, mengatakan sering mendapatkan kayu soang yang dimanfaatkan untuk memproduksi arang.
“Saya menebang, kemudian membakar, lalu arangnya dijual,”kata Agus.
Ia mengaku sengaja menebang kayu soang karena desakan kebutuhan ekonomi keluarga. Untuk mendapatkan kayu soang saat ini tergolong sulit, ia harus berjalan ke arah gunung yang sangat jauh, karena keberadaan kayu soang mulai habis.
“Membawanya pun harus melalui medan berat jalan setapak kecil,” katanya. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com