Ben Didiomea, aktivis lokal pendukung gerakan pembebasan Papua menolak official Indonesia yang berupaya menghentikan aksinya bersama reakan-rekannya. |
Jayapura — Isu West Papua menjadi topik hangat pada Melanesia Art and Culture Festival (MACFest) ke-6 yang berlangsung di Honiara, Kepulauan Solomon, pekan ini. Sekelompok aktivis lokal pendukung gerakan pembebasan Papua membentangkan bendera Bintang Kejora di depan stand Indonesia.
Ben Didiomea, aktivis lokal yang membentangkan bendera Bintang Kejora itu mengaku ia ditangkap oleh polisi setempat, usai membentangkan bendera Bintang Kejora di depan stand Indonesia, Sabtu (7/7/2018).
“Meskipun Polisi Kepulauan Solomon menangkap saya hari ini (Sabtu) karena mengibarkan bendera Bintang Kejora di depan stand Indonesia, saya tidak akan pernah menyerah untuk memperjuangkan saudara-saudari Melanesia saya di West Papua,” ujar Didiomea.
(Baca ini: KJRI Melbourne Didatangi Pemrotes Pro West Papua, Satu Orang Ditahan)
Didiomea dan pejuang kemerdekaan lainnya dari Pasifik berkumpul di depan stand Indonesia untuk menunjukkan dukungan mereka bagi orang West Papua ketika mereka didekati oleh polisi. Saat mereka diminta untuk pergi dari depan stand Indonesia oleh official Indonesia, mereka menolak dan mengatakan Melanesia bukan Melayu.
Pada akhirnya, polisi setempat mendatangi mereka untuk menyita bendera Bintang Kejora yang mereka bentangkan. Polisi mengatakan bahwa perintah untuk menyita bendera itu datang dari Komisaris Polisi, karena tugas mereka adalah memberikan keamanan di tempat tersebut.
Ketika ditanya mengapa bendera itu diambil dari mereka, polisi menjawab bahwa tindakan mereka sudah menunjukkan implikasi bahwa ada sesuatu yang tidak benar.
Namun kelompok aktivis itu berkeras bawah MACFest seharusnya dihadiri juga oleh saudara-saudari Melanesia mereka dari West Papua.
“Itulah mengapa kami mengerahkan dukungan kami untuk mereka melalui aksi ini, sebagai Melanesia sejati,” jelas Didiomea.
“Mereka membutuhkan dukungan penuh kami, pada saat seperti ini di mana semua orang Melanesia berkumpul untuk berbagi kepercayaan, budaya dan tradisi kami,” seorang aktivis lain berkomentar.
Sementara itu, Unit Media Polisi Kepulauan Polisi telah mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu, untuk mengklarifikasi masalah di festival tersebut dan tindakan mereka pada aksi para aktivis.
(Baca ini: Pro Papua Merdeka Kibarkan Bendera Pasca Kisruh TNI-Australia)
Pernyataan itu mengatakan bahwa, Pemerintah Kepulauan Solomon telah mengundang Pemerintah Indonesia untuk berpartisipasi dalam MACFest ke-6 yang diadakan di berbagai tempat di Honiara dari 1 – 10 Juli 2018.
“Dengan mandat untuk melindungi hukum dan ketertiban dan memberikan rasa aman di Kepulauan Solomon, kepolisian memberlakukan perintah operasional untuk memberikan keamanan selama Pertemuan Pemimpin MSG, MACFest dan perayaan 40 tahun kemerdekaan,” demikian tertulis dalam pernyataan kepolisian Kepulauan Solomon.
Markus Haluk, badan kerja United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) menyebut tindakan official Indonesia yang berupaya melarang aktivis setempat menunjukkan dukungan mereka pada perjuangan pembebasan West Papua sebagai tindakan memalukan.
“Kok tamu mau atur tuan rumah? Kalau di Indonesia masuk akal. Tapi di negara lain yang juga berdaulat, itu tindakah yang tidak pantas, memalukan,” ujar Haluk. (*)
(Simak juga: Jokowi: Pengibar Bintang Kejora di KJRI Melbourne Kriminal Murni)
Copyright ©Tabloid JUBI “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com
Indonesia membela palestina juga negara lain tidak menghalangi,karena mengingat perilaku kejahatan di israel sana,sama pula papua dibela oleh karena mengingat indonesia memperlakukan diskriminasi,penyiksaan,perampasan hak kemerdekaan melalui pepera serta memaksa bangsa papua tetap bagian dari NKRI,sehingga orang kepandaiannya menganggap cara Indonesia itu adalah salah karena papua bukan melayu tapi papua adalah melanesia.