Dark
Light
Today: July 27, 2024
8 years ago
71 views

Dari 279 Jenis Hipere Asli Pegunungan Tengah, Sekarang Tersisa 23 Saja

Dari 279 Jenis Hipere Asli Pegunungan Tengah, Sekarang Tersisa 23 Saja
Salah satu aktivitas masyarakat di kebun menanam hipere – Jubi/Islami

Wamena, WANI/Jubi – Budayawan Pegunungan Tengah Papua, Niko Lokobal mendokumentasikan penelitiannya sekitar 279 jenis hipere (ubi jalar) asli pegunungan tengah. Namun jumlah itu kini tinggal cerita karena hanya tersisa 23 jenis saja.

“Awalnya, makanan pokok masyarakat Jayawijaya adalah hom (keladi) dan Pain. Tetapi karena keladi tidak mudah berkembang, maka masyarakat beralih pada hipere,” katanya dalam dialog bertajuk ‘Hipere yang Hilang’ yang digelar Yayasan Teratai Hati Papua di Wamena, Sabtu (23/4/2016).

Ia mengatakan dalam mitos yang diterima masyarakat hipere mempunyai kaitan dengan tokoh bernama Neruekul yang dibunuh. Bagian-bagian tubuhnya kemudian tumbuh menjadi hipere. Masyarakat lalu menamai hipere sesuai potongan tubuh Neruekul.

“Melihat hipere asli mulai menghilang, saya bersama Muridan membawa hipere asli ke IPB Bogor dan sekarang berbagai jenis hipere asli pegunungan tengah Papua ada di Bogor, tetapi saya juga tidak menghitung berapa banyak jenis hipere yang dikirim ke Bogor,” katanya.

Niko Lokobal menjelaskan, kurangnya penghargaan manusia terhadap hipere seperti yang dilakukan oleh pemerintah dalam panen raya.
Pasalnya, menurut keyakinan masyarakat Baliem, hipere itu memiliki perasaan yang sama seperti manusia sehingga harus dihargai.

Staf ahli bupati Jayawijaya, Paulus Sarera, mengatakan hipere di Jayawijaya mulai menghilang sejak kemarau panjang pada tahun 1997. Semua tanaman ketika itu dilanda kekeringan. Pemerintah lalu mendatangkan bibit hipere dari luar hingga berkembang sampai sekarang.

Menurut mantan Kepala Dinas Pertanian setempat itu akibat perubahan iklim juga menyebabkan hipere terjangkit penyakit dengan sebutan silas yaitu sejenis kumbang kecil yang aktif saat cuaca panas tahun 1997. Tahun 2007 pun terjadi lagi kemarau panjang yang juga kembali menyebabkan aktifnya silas.

“Saat meninggalkan Dinas Pertanian tahun 2012, saya telah mendata ada 36 jenis hipere yang masih ada di Wamena. Hasil ini didata dalam kerja sama dengan Oxfam. Dalam waktu tidak sampai 20 tahun sekitar 75 persen hipere asli menghilang,” kata Paulus.

Posted by: Islami Adisubrata
Copyright ©JujurBicara


Tanggapan anda, silahkan beri KOMENTAR

Silahkan beri KOMENTAR anda di bawa postingan ini…!!!

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Leave a Reply

Your email address will not be published.