Dark
Light
Today: July 27, 2024
8 years ago
57 views

Buku Gunung Versus Pantai

Buku Gunung Versus Pantai
Cover buku “Gunung versus Pantai” dalam Perspektif Nilai-Nilai Hidup Bersama.
Wamena, Tabloid-WANI — Buku Gunung versus Pantai tersebut hangat dibincangkan di media sosial maupun dalam diskusi tertentu tentang “Gunung versus Pantai dalam Perspektif Nilai-Nilai Hidup Bersama”.
Hasil kreatifitas dengan isu realita tersebut, jika di lihat dari judul “Gunung versus Pantai” pasti semua pembaca beransumsi lain terhadap buku ini.
Buku ini berisi kerasnya rasial yang nyata, antara masyarakat yang tinggal di Pegunungan dan Pesisir Papua. Dalam buku ini juga banyak berisi tentang sejarah dan ciri orang Papua mulai dari segi Pendidikan sampai Kesehatan dan masih banyak lagi. 
Satu kutipan yang dapat dikagumi setelah membaca buku ini ialah “tak ada kelompok pesisir atau pantai Papua, tak ada ras campuran antara (Non Papua dan Pribumi), yang ada adalah Papua”. 
Buku ini cukup menarik untuk dibaca dan dapat memberi cerminan kehidupan rang Papua itu sendiri. Maka alangkah baiknya miliki buku ini. Buku ini sudah dijual di gramedia terdekat anda seluruh Indonesia.
Buku ini sangat controversial diberbagai kalangan hingga parah intelektual Papua.

Kita Satu Papua

Wamena 23/08/2016, penulis buku ini berpendapat bahwa,
”Bulan Februari buku ini di publikasi, buku itu memang judulnya agak sedikit keras dalam wawancara khusus karena orang definisikan versus lawan, padahal versus juga bisa berarti sebagai perbandingan. Saya diserang banyak tetapi saya sampaikan baca dulu isinya agar bisa memahami.
Apakah ada tulisan yg menjurus ke perlawanan antara Gunung dan Pantai atau tidak, banyak orang tidak mengalamai hal ini.
Saya dari kecil usia tiga tahun sudah di Jayapura dan saya sangat merasakan bagimana orang bilang telinga potong, hidung berlubang, tangan potong, koteka dan lain lain, semua yang saya pernah alami dan sebagian orang gunung yang pernah di Jayapura mengalami itu, dan saya tulis agar hal-hal ini tidak boleh dipelihara dan harus dihilangkan jika Papua ingin maju dalam kebersamaan.
Tetapi saya berterimakasih karena banyak orang memberikan kritikan yang luar biasa, ada yang agak keras, ada yang mendukung, tetapi itulah fenomena berpendapat terhadap suatu kajian atau masalah”  tutur penulis buku Gunung vs Pantai, Marthen.

Marthen Medlama menyampaikan “Terimakasih mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan apa maksud tulisan ini, jangan lihat hanya dari judulnya saja. Kerna judul yang dibuat bukan asal diangkat tetapi sudah merupakan suatu realita yang ada depan mata kita saat ini”.
Semoga para terpelajar bisa bahas dan saya sangat berharap agar de buku ini bisa menjadi informan menjelaskan tentang tujuan buku ini.. sehingga tidak salah ..
saya banyak di serang tapi saya bilang terimakasih atas masukan dan kritikan untuk edisi berikutnya.. tetapi kemudian saya menantang mereka untuk menulis lagi apa yang menjadi kekuarangan tulisan saya itu silahkan kalian tulis buku untuk mengcaouter tulisan saya.. 
setelah mewawancarai penulis.. mengatakan bahwa buku ini jika dilihat kaver judul terlihat keras karena menggunakan kata “Versus” yg diartikan lawan namun.. secara jujur saya katakan bahwa ini bukan sebuah perlawanan, paling tepat adalah ” perbandingan ” .. kita tidak bisa berupura-pura dengan apa yang sedang terjadi di depan mata kita.. banyak kasus konflik horizontal telah terjadi sebelum buku ditulis.. dan itu semua telah menjadi sumber utama penulisan buku ini… 
“Saya bertumbuh dan menghabiskan masa kecil saya di Jayapura saya juga mengalami perbandingan-perbandingan negatif tersebut .. namun melalui buku ini saya ingin mengajak kita sekalian khususnya generasi muda Papua untuk berkata tidak ada gunung, tidak ada pantai, tidak ada lembah .. tidak ada campuran gunung dan pantai yang ada adalah Papua. 
Ban-yak yang mengkritisi saya secara kasar sekali tetapi itu merupakan konsekwensi yg harus sy terima dan itu juga merupakan input buat saya dalam merevisi buku ini untuk cetakan berikutnya.
Pada kesempatan yang baik ini.. saya memohon jangan hanya fokus dijudulnya tetapi bacalah isinya lalu berikanlah ide yang konstruktif demi penulisan dan revisi selanjutnya demi Papua tercinta. Pungkas dalam wawancara 
Puji Tuhan akhirnya sampai saat ini belum ada yang berani menulis.. karena menulis adalah Talenta yg Tuhan kasih dan tidak semua org bisa menulis buku.. tetapi semua orang bisa mengkritisi .. saya berterimakasi terima kritikan itu normal tutur Marthen Sebagai Penulis Asal Agamua Papua Wamena terang saat diskusi bersama kami kaonaknewsPapua.co.id
Di Erah baru ini kita wajib menjadi yang berbedah untuk melihat Papua kedepan yang aman agar kami Papua tetap satu dalam konteks Papua.
Bangsa Papua Bukan Bangsa Melayu tapi Kami Tetap Bangsa Melanesia yang punya nilai kultur yang berbedah, Mari Berkarya Untuk Papua dari Talent yang di miliki untuk Menghapuskan stigma Kata Kami Orang Papua Terbelakang dan terisolir ini.
Editor by: Melqy S Walela
Copyright ©Kaonak News

Tanggapan anda, Silahkan beri KOMENTAR di bawa postingan ini…!!!


Leave a Reply

Your email address will not be published.