Foto: Ilustrasi Kemerdekaan Catalonia. |
Begitu mendengar Catalonia merdeka, ada rasa sedih sekaligus senang dalam benak saya. Senang karena akhirnya selama hampir delapan dekade di bawah pemerintahan Spanyol, akhirnya Catalonia merdeka. Terbebas dari penjajah sekaligus penjilat.
Tapi ada juga rasa sedih. Bagaimana nasib Messi, Busquets, Pique dan masih banyak lainnya? Apa mereka masih mau membela Barcelona? Kalo Busquets dan Pique masih mungkin lah ya. Nah kalo Messi dan Suarez?
Jangan-jangan mereka bakalan meniru jejak Ibrahimovic atau Cannavaro saat Juventus terdegradasi ke Serie B. Meninggalkan klub saat mereka lagi sayang-sayangnya. Ngenes dude…
Tapi ya mau bagaimana lagi. Rasa sayang bisa dikalahkan oleh transfer uang. Bukankah uang lebih menarik ketimbang perasaan. Bukan begitu, pembaca yang budiman?
Nah, kemudian saya memutar beberapa video tentang gegap gempita rakyat Catalonia di media sosial. Wah, dada saya berdebar, jantung saya berdegup kencang. Begini ya rasanya merdeka.
Mungkin perasaan seperti ini yang menghinggapi mereka yang mengalami langsung proses kemerdekaan. Mungkin seperti ini pula yang dirasakan oleh Soekarno, Hatta, Sayuti Melik dan lainnya ketika terbebas dari Belanda.
Eh tapi, denger-denger kemerdekaan Catalonia saat ini ditangguhkan loh. Kok bisa? Ingat empat syarat negara dapat terbentuk: Rakyat, wilayah, pemerintahan, dan pengakuan negara lain.
Ketiga syarat awal telah terpenuhi. Tapi bagaimana dengan pengakuan negara lain? Tak ada. AS, Meksiko, Jerman, Perancis, Skotlandia hingga Indonesia sudah menyatakan untuk tidak mengakui kemerdekaan Catalonia.
Kalo banyak negara Eropa menolak, ya wajar. Mungkin karena pengaruh Spanyol terhadap mereka masih kuat. Kalo AS, ya jelas ikut arus mainstream. LhaIndonesia?
Bagi saya, sungguh mengejutkan bila Indonesia termasuk negara-negara awal yang menolak kemerdekaan Catalonia. Ada apa ini? Apa jangan-jangan Indonesia takut kalo Aceh dan Papua mengikuti jejak Catalonia?
Itu hal yang mungkin dan bisa terjadi. Indonesia pernah kehilangan sebuah kawasan di daerah Timur. Ingat kan kasus Timor Leste tahun 1998?
Tapi sekali lagi, itu hanya asumsi saya. Cuma masalahnya, Aceh dan Papua mengalami apa yang dirasakan oleh Catalonia. Masalah ekonomi.
Catalonia menyumbang 20% pemasukan Spanyol. Dan itu menempatkan pentingnya Catalonia bagi Spanyol. Sedangkan untuk urusan wisata, jangan ditanya lagi. Barcelona termasuk 10 kota yang paling sering dikunjungi di belahan bumi Eropa.
Nah bagaimana dengan Papua? Berdasarkan BPS tahun 2014, kota Jayapura termasuk kota dengan pendapatan per kapita terbesar di seluruh Indonesia. Artinya kota Jayapura cukup maju dibandingkan kota-kota besar lainnya macam Jogjakarta atau Solo.
Untuk urusan wisata? Jangan ditanyakan lagi. Raja Ampat dianggap sebagai wisata selam terbaik dunia. Belum lagi ada salju abadi yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Hebat bukan?
Apakah hanya karena ekonomi, baik Catalonia maupun Papua, masih ingin dipertahankan Spanyol dan Indonesia? Tunggu dulu, ada hal lain yang lebih penting. Apa itu? Ya betul, Sepakbola!
Siapa yang tidak kenal dengan Barcelona. Salah satu klub tersukses di Eropa. Tahun 2009 mereka dinobatkan sebagai klub terbaik dunia berkat prestasinya meraih enam gelar sekaligus. Selain itu, ia memiliki banyak pemain berbakat macam si ‘Alien’ Messi, peraih gelar lima kali pemain terbaik dunia.
Barcelona juga merupakan kesebelasan yang banyak menyetor pemainnya ke timnas Spanyol. Sebut saja sejak era Xavi, Iniesta, Busquets hingga Sergi Roberto. Berkat pemain-pemain Barcelona pula, Spanyol mampu merajai pentas sepakbola Eropa dari tahun 2008-2012.
Nah, mari kita bandingkan dengan Indonesia. Di wilayah yang memiliki penduduk hampir 250 juta orang ini, ada satu pulau yang diciptakan oleh Tuhan untuk menerangi dunia sepakbola Indonesia. Siapa lagi kalo bukan Papua.
Di tanah Papua terdapat tiga klub yang cukup populer: Persipura, Persiwa dan Persiram. Hanya saja dari ketiganya, Persipura yang secara konsisten mampu menghasilkan banyak gelar baik penghargaan dari liga domestik maupun internasional.
Boleh dikatakan Persipura adalah Barcelonanya Indonesia. Dari segi kualitas pemain, tak ada yang meragukan. Rata-rata pemain Persipura adalah langganan timnas Indonesia. Sebut saja Boaz, Ricardo Salampessy, Manewar, hingga Pahabol. Maka dari itu tak heran jika Indonesia sangat bergantung penuh pada Papua.
Uniknya, baik pemain berlabel bintang yang ada di Barcelona maupun Persipura sama-sama belum pernah mencicipi gelar internasional. Baik Messi maupun Boaz belum berhasil membawa negaranya menjadi kampiun.
Bahkan yang lebih unik lagi, keduanya kapten di timnas masing-masing. Sebuah kebetulan belaka?
Jadi inilah sejatinya alasan dibalik mengapa baik Spanyol maupun Indonesia tak mau melihat Catalonia dan Papua pisah dari negaranya. Faktor ekonomi dan sepakbola adalah ikatan yang berkelindan sehingga kedua negara enggan melepaskan aset mereka.
Kalo begitu apa boleh buat. Selama Catalonia dan Papua masih dianggap memberikan keuntungan signifikan pada negaranya, maka selama itu pula Spanyol dan Indonesia akan terus mempertahankan wilayah mereka.
Copyright ©Vox Pop “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com