Stevie Mambor, penabuh drum Black Brothers, meninggal dunia di Canberra, 18 April 2018 (Foto: Ist). |
Port Vila — Menteri Luar Negeri Vanuatu, Ralph Regenvanu, menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Stevie Mambor, salah seorang personel grup band terkemuka asal Papua di tahun 1980-an, Black Brothers.
Stevie Mambor, penabuh drum legendaris yang dikagumi di masanya, meninggal di usia 64 tahun di Canberra pada 18 April lalu. Mambor telah lama bermukim di Negara Kangguru itu.
“Rest in Peace Stevie,” tulis Ralph Regenvanu, lewat akun Twitter-nya. Saat itu Regenvanu tengah berada di London, dalam sebuah pertemuan negara-negara Commonwealth.
Menlu Vanuatu, Raplh Regenvanu (kiri) bersama Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, di London (Foto: akun Twitter Ralph Regenvamu). |
Kelompok musik Black Brothers populer di Vanuatu. Selain karena lagu-lagu mereka, kelompok musik ini dipuja karena dipandang sebagai pembawa suara pembebasan Papua, aspirasi yang mendapat dukungan cukup luas di Vanuatu sebagai wujud solidaritas Melanesia.
Meninggalnya Stevie Mambor pertama kali dikabarkan oleh Andy Ayamiseba, manajer dan pendiri kelompok musik Black Brothers, yang saat ini bermukim Port Vila, Vanuatu.
“Sangat sedih untuk mengumumkan meninggalnya penabuh drum legendaris Black Brothers, Stevie Mambor, di Canberra, Australia, 18 April 2018. Stevie kini telah berkumpul dengan Hengky (Rumaropen), August (Rumaropen) dan David (Rumagesan) bersama Tuhan. Selamat beristirahat saudara-saudaraku,” tulis Andy Ayamiseba di akun Facebooknya, 19 April 2018. Hengky, August dan David yang dia maksudkan adalah personel Black Brothers yang sudah lebih dulu berpulang.
Meninggalnya Stevie Mambor juga diberitakan oleh Vanuatu Daily Post dengan mengutip Ayamiseba.
Menurut Andy Ayamiseba, semua personel Black Brothers memiliki keistimewaan masing-masing. Personel itu dipilih berdasarkan talenta dan keunikan mereka.
Tabuhan drum Stevie Mambor dia ibaratkan sebagai degup jantung Black Brothers. Tanpa tabuhan drum, berarti jantung tak berdegup alias tidak hidup.
Di Black Brothers, selain sebagai penabuh drum, Mambor juga menjadi vokalis. Ia kerap membawakan lagu keroncong.
Selain menghibur penggemarnya, menurut Ayamiseba, Black Brothers memiliki visi dan misi untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Selanjutnya, lanjut dia, seperti dikutip dari tabloidjubi.com, yang tak kalah penting adalah misi membebaskan bangsanya dari segala bentuk penindasan oleh kaum penjajah.
Demi misi itu pula, kata Ayamiseba, mereka memutuskan meninggalkan ketenaran di Indonesia, bahkan kemudian meninggalkan kontrak musik di EMI Holland dan akhirnya hijrah ke Vanuatu untuk menjalankan lobi di kawasan Pasifik Selatan, termasuk Papua Nugini.
Dewasa ini pemegang tongkat estafet Black Brothers secara perlahan-lahan telah disiapkan dengan kehadiran kelompok musik Black Sistaz. Tiga bersaudari yang menjadi vokalis grup ini, Lea Rumwaropen, Petra Rumwaropen dan Rosali Rumwaropen merupakan putri dari mendiang August Rumwaropen.
Walau mereka bermukim di Melbourne, Australia, mereka memiliki ikatan batin dengan Vanuatu. Mereka pernah bermukim di Vanuatu dan bahkan Petra Rumwaropen lahir dan menikmati masa anak-anak di Port Vila. Secara berkala mereka tampil di Vanuatu.
“Semua orang di Vanuatu yang mendukung Black Brothers dapat merasa tenang bahwa Stevie tidak pergi karena Black Sistaz secara aktif melanjutkan perjalanannya melalui musik mereka,” tulis Vanuatu Daily Post.
Copyright ©DailyPostVU | Satu Harapan “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com