Gambar: Logo Aliansi Mahasiswa Papua (AMP). |
Atas nama perjuangan pembebasan nasional West Papua, atas nama organisasi sebagai alat perjuangan, atas nama para martir dan pejuang yang telah menduhului, dengan semangat dan bangga, mewakili Komite Pusat Aliansi Mahasiswa Papua (KP-AMP) mengucapkan salam hormat dan selamat hari ulang tahun AMP ke-20.
Kamerad-kamerad yang terhormat, di hari bahagia ini kami menyampaikan hormat kami kepada kamerad sekalian yang selalu setia pada pergerakan untuk pembebasan nasional West Papua. Kami teruji di lapangan. Secara terbuka dan terang-terangan mengatakan kepada kaum penjajah bahwa kami melawan ketidakadilan terutama di West Papua, ketidakadilan di Indonesia, dan umat manusia di muka bumi ini. Itulah mengapa kita mengatakan represif, intimidasi, diskriminasi rasial, persekusi berserikat dan berkumpul, serta penangkapan hingga penjeblosan ke dalam penjara adalah bunga-bunga revolusi, konsekuensi logis yang secara sadar kita hadapi.
Di hari yang bahagia ini juga, mari kita melihat perjalanan perahu kita. Sejak tahun 1998 hingga genap 20 tahun berjalan ini. Kita yakin pada tantangan dan resiko perjuangan. Sebab itulah hukum dari kontradiksinya, itulah hukum dialektika perkembangan pergerakan kita, bahkan sedang terus menghasilkan perubahan secara kualitas. Jika tak ada realita penindasan dan perlawanan maka perjalanan perahu tak memberikan nilai manfaat tersebut. Kekuarangan dan kelebihan perjalanan perahu kita memberikan nilai manfaat tersebut. Kita menyadari hal itu. Bertahan dan berjuang selama 20 tahun umur perahu kita, telah banyak menemukan persoalan yang prinsipil hingga persoalan subjektif yang, secara tidak langsung menemukan dan menjelaskan kepada organisasi hal kemajuan dan kemunduran tersebut.
Pada Kongres Nasional AMP ke-IV tahun 2018, kita telah meletakannya pada posisinya, organisasi ini sebagai gerakan mahasiswa revolusioner. Atas evaluasi yang panjang dan dengan mengedepankan kritik otokritik (yang telah menjadi wajah organisasi) kemudian kondisi realitas West Papua dan kondisi subjektif mengharuskan organisasi untuk lebih disiplin. Sebab pergerakan yang militan dan progress tanpa disiplin merupakan hal fatal bagi organisasi revolusioner.
Kamerad sekalian, kita selalu setiap di jalan-jalan dan garis terdepan gerakan Perjuangan Pembebasan Rakyat Papua. Di usia yang ke-20 ini kita mengajak untuk melihat realitas penindasan dan kebutuhan-kebutuhan mendasar dan pokok rakyat West Papua, yang mana dapat memberikan manfaat peran gerakan mahasiswa yang revolusioner bagi Gerakan Pembebasan Nasional West Papua yang lebih besar. Siapa bilang kekuatan mahasiswa tak mampu? Sejarah dunia telah mencatat peran mahasiswa dalam aksi-aksi revolusioner.
Para pejuang muda -mahasiswa yang terhormat. Mari memahami realitas kekuasan hegenomik yang memenjarah esensi manusia Papua menjadi manusia ketergantungan dan terasing dalam sistem kolonial ini. Sehingga Pendidikan, diskusi, dan aksi-aksi massa, serta bersolidaritas tanpa batas menjadi hal penting dan kebutuhan mendasar mengukur materi dan semangat juang kita melawan rezim yang berkuasa serta tuannya imperialisme. Kami terus belajar lebih dan terus melawan lebih. Sehingga dalam perjalanan menemukan teori dan aksi menjadi hal yang tak bisa dipisahkan untuk meletakan perjuangan pembebasan pada kesadaran ilmiah dan teruji. Maka, dengan mengedepankan budaya Kritik Otokritik mampu memperlihatkan kesalahan-kesalahan dan kemudian bermanfaat untuk kemajuan gerakan secara ideologis, politik dan organisasinya.
20 tahun AMP, bukan saja dewasa secara usia tapi juga gerakan mahasiswa yang tidak pernah lelah di satu titik pun, tanpa sedikit pun berhekehndak keluar dari prinsip dan semangat 27 Juli 1998, serta orientasi dan perlawanan terhadap imperialisme, kolonialisme Indonesia, dan militerisme. Maka, memahami gerakan sebagai alat wujudkan sikap dan gerakan perlawanan kita untuk “West Papua lebih Baik”, kita harus mampu menjaga kedisiplinan, butuh kerendahan hati kaum pelopor, mempraktekan prinsip-prinsip organisasi serta praktek kolektivisme dalam organisasi dengan mengedepankan kritik otokritik.
Kawan-kawan seperjuangan, lewat tulisan ini, mewakili Komite Pusat AMP, kami mengucapkan banyak terima kasih dan salam hormat atas kesetiaan dan pengorbanan kamerad sekalian. 20 tahun usia gerakan kita, bukanlah singkat. Dibawah tekanan represif, penangkapan, dan matinya ruang demokrasi yang dilakukan penjajah dengan sadar itu, nafas perjuangan AMP masih terus ada dan teriakan panji-panji revolusi dijalan-jalan terus terdengar hingga di pusat kota Kolonial, Jakarta.
Maka, marilah kita tersenyum dan bahagia hari ini karena hal ini. Kebahagiaan kita terkandung dalam perlawanan terhadap penindasan manusia West Papua, dan menyerahkan diri secara seutuhnya secara sadar pada konsekuensi logis sebagai aktivis.
Salam hormat, kamerad!
Dengan semangat perlawanan yang bekorbar, kebahagiaan kita hari ini menghantarkan semangat perjuangan hingga menang.