Dark
Light
Today: July 27, 2024
6 years ago
57 views

West Papua Perjalanan Menuju Kebebasan

West Papua Perjalanan Menuju Kebebasan Sebuah Surat Untuk Mama Tercinta
Herman Wanggai di halaman markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Sebuah Surat Untuk Mama Tercinta”

Oleh : Herman Wanggai

Papua, Kabardaerah.com – Mengapa saya merenungkan perjalanan pribadi saya untuk menulis ini?. Sejak tanggal 1 Mei 1963 dan tindakan pilihan bebas pada tahun 1969 saat West Papua berada dalam tekanan militer dan politik yang tidak dapat diintegrasikan secara adil ke dalam Indonesia. Ini adalah kenyataan yang harus diterima oleh masyarakat West Papua menghadapi penindasan, penderitaan, penghinaan dan kematian yang tidak diketahui penyebabnya dibawah rezim militer Indonesia. Inilah alasan mengapa saya harus terus melakukan perjuangan untuk mencari keadilan dan kebebasan. Agar generasi penerus West Papua bisa lepas dari tekanan militer Indonesia yang selalu melakukan pelanggaran Hak asasi manusia (HAM) di wilayah West Papua.

1. Perjuangan rakyat West Papua dalam menghadapi tekanan militer

Indonesia telah memberlakukan pendudukan militer yang brutal dan orang-orang West Papua telah menjadi korban pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan, penyiksaan dan intimidasi. Ketika saya berada di West Papua pada tahun 1990an, saya belajar di universitas, saya juga terlibat aktif dalam perjuangan rakyat West Papua dan saya mengorganisir demonstrasi tanpa kekerasan melawan pemerintah Indonesia yang brutal. Salah satu tantangan terbesar dalam hidup adalah ketika saya dan teman-teman mengadakan demonstrasi damai di universitas saya. Saya tahu ada banyak risiko yang harus dihadapi saat saya melakukan aksi demontrasi ini. Salah satu contohnya adalah Pemerintah Indonesia akan melakukan intimidasi kepada orang-orang seperti saya yang mencari keadilan dan kebebasan.

2. Saya dihukum dan dipenjara dua kali selama hampir tiga tahun di West Papua karena demonstrasi secara damai yang saya lakukan.

Saat berada di penjara Indonesia, saya mengira saya akan dibunuh oleh pemerintah Indonesia dan dipenjara untuk jangka waktu yang lama. Mulai saat itu, saya berpikir tentang keselamatan dan kehidupan pribadi saya dan untuk tetap hidup adalah tujuan yang harus saya lakukan. Saya memutuskan, bahwa rencana terbaik adalah meninggalkan West Papua setelah saya dibebaskan dari penjara. Akan lebih baik bagi saya untuk melarikan diri dari Indonesia untuk diasingkan. Saya akan merasa aman dan dapat meningkatkan perhatian internasional pada masalah West Papua dan juga untuk melanjutkan perjuangan dengan cara tanpa kekerasan dari jauh.

3. Kehidupan sehari-hari di West Papua adalah mimpi buruk.

Itulah sebabnya mengapa banyak aktifis dan teman-teman West Papua yang terbunuh, baik di dalam penjara ataupun setelah dilepaskan. Bagi saya, untuk pergi ke Australia adalah keputusan besar yang dibuat. Ini adalah keputusan yang sangat berat untuk meninggalkan keluarga, teman-teman dan kehidupan saya di West Papua, tapi saya berpikir ini adalah keputusan yang terbaik untuk diri saya, saya juga membawa teman-teman saya dan keluarga saya untuk menyeberangi lautan terbuka selama empat hari untuk mencari keselamatan di Australia.

4. Kota New York merupakan tempat yang paling penting bagi orang Papua karena kesepakatan New York, yang pada akhirnya menyerahkan kendali West Papua kepada Indonesia pada tahun 1960-an.

Gedung PBB juga berlokasi di New York. Lima puluh tahun kemudian, saya menemukan diri saya tinggal di Amerika Serikat dan setiap kali saya mengunjungi gedung PBB, saya telah mengembangkan cinta yang mendalam akan perbedaan budaya, kota, pengalaman, karya dan gagasan. Ini adalah kesan kekal yang ada di dalam pikiran dan hati saya sepanjang sisa hidup saya dalam menciptakan pengalaman saya hari ini. Saya selalu terkesan dengan arsitektur dan terinspirasi oleh tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pekerjaan yang mereka lakukan, serta bendera di luar gedung. Saya berharap bendera bintang Fajar juga berkibar di luar gedung PBB.

5. Saya belajar banyak hal selama saya berada di Amerika Serikat.

Saya belajar tentang budaya, perjuangan hidup, dan strategi agar wilayah West Papua dapat memiliki kemerdekaan dan saya terus berupaya bagaimana masyarakat West Papua dapat memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Pengalaman yang paling berharga adalah ketika saya bertemu orang-orang dari seluruh dunia dari setiap kelompok etnis, negara, usia dan latar belakang agama dan saya mendapatkan pandangan dunia yang lebih luas dan menerima banyak pengetahuan sambil melanjutkan advokasi saya bekerja untuk membantu masyarakat dari West Papua.

6. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan setelah Perang Dunia II dan layanan terpentingnya adalah menjadi tempat bagi negara-negara di dunia berkumpul setiap tahun untuk berdiskusi, mengkomunikasikan dan memperdebatkan isu-isu yang terjadi di seluruh dunia. Ini mengatur aktivitas pemerintah dunia. Isu pelanggaran hak asasi manusia di West Papua dan kontrol militeristik yang brutal dari Pemerintah Indonesia adalah sesuatu yang saya yakini sebagai tolak ukur bagi PBB untuk bertindak berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi atas penilaian, hak asasi manusia, dan kebebasan. Ini telah menjadi konflik yang terus berlanjut selama 55 tahun yang belum terselesaikan dan operasi militer terus terjadi di West Papua. Akibatnya rakyat West Papua banyak yang tertintimidasi, diteror, dibunuh, diperkosa, ini yang disebut ‘slow motion genocide’.

7. Saya sering melihat bendera yang berkibar di luar gedung PBB.

Ini adalah pemandangan yang indah dan mengingatkan saya bahwa bendera West Papua harus berkibar di luar gedung PBB. Namun, rakyat West Papua masih terus melakukan perjuangan dengan segenap tumpah darah dan jiwa raga. Di tanah West Papua, seseorang akan menjalani hukuman lima belas tahun penjara hanya untuk menaikkan bendera Bintang Fajar, yang memiliki makna historis, politik, dan budaya bagi masyarakat West Papua. Saya berharap rakyat West Papua bisa menjalani kehidupan yang bebas dan merdeka seperti 193 negara lainnya yang merupakan anggota PBB. Oleh karena itu, atas nama keadilan, kebenaran dan kebebasan, hak asasi manusia dan hak politik untuk rakyat Papua, negara merdeka yang bebas, kami meminta Pemerintah Australia, pemerintah Amerika Serikat dan semua komunitas Internasional lainnya, untuk bisa mendukung West Papua menjadi satu Negara yang Merdeka terpisah dari Indonesia dan West Papua adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa berikutnya.
_________________
(Penulis Adalah: Aktivis Pembebasan West Papua Di Washington)


(Baca juga, ini: Perjalanan Benny Wenda dari Penjara Abepura ke Internasional dan Pimpin ULMWP)



Posted by: Admin
Copyright ©Herman Wanggai “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.