Wamena — Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dinobatkan sebagai kepala suku besar pegunungan tengah Papua oleh puluhan kepala suku di wilayah pegunungan tengah Papua dan perwakilan kepala suku dari wilayah pesisir Papua di Distrik Silo Karno Doga, Kabupaten Jayawijaya, Rabu (26/12/2018).
Upacara pengukuhan ini dipimpin kepala suku besar Alex Doga yang merupakan putera kandung Silo Karno Doga, tokoh Pepera di wilayah pegunungan tengah Papua.
Prosesi pengukuhan ini diawali oleh kepala suku besar mengajak Pangdam Supit masuk ke rumah adat honai yang menjadi simbol kehormatan dan harga diri masyarakat adat pegunungan tengah Papua.
Pangdam Supit lalu duduk melingkar bersama para kepala suku untuk mendengarkan pesan dari para kepala suku.
“Di honai yang sangat sederhana inilah orang Papua dilahirkan dan dibesarkan. Anak Pangdam yang sebentar lagi akan menjadi kepala suku besar, jangan pernah melupakan kami para orang tua dan anak-anak Papua. Anak Pangdam harus bangun tanah Papua ini agar orang Papua bisa hidup aman dan sejahtera,” kata Alex Doga berpesan.
Setelah prosesi itu, selanjutnya Alex Doga selaku kepala suku besar memasang mahkota di kepala Pangdam Supit sebagai simbol kepala suku besar pegunungan tengah Papua. Selanjutnya para kepala suku menyampaikan ikrar dihadapan Pangdam Supit selaku kepala suku besar Papua.
“Kami kepala suku pegunungan tengah Papua menyatakan sikap: (1) setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (2) siap membela NKRI; (3) siap mendukung dan setia kepada Pangdam XVII/Cenderawasih sebagai kepala suku besar pegunungan tengah Papua; (4) siap mendukung kebijakan Pangdam XVII/Cenderawasih untuk menjaga dan membangun wilayah adat pegunungan tengah Papua; (5) siap mendorong anak cucu untuk menjadi prajurit TNI dan mengabdi kepada NKRI.”
Setelah membaca ikrar, selanjutnya kepala suku besar Alex Doga menyerahkan tas noken kepada Pangdam Supit selalu kepala suku besar pegunungan tengah Papua.
Prosesi pengukuhan ini diakhiri dengan upacara bakar batu sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta. Momen ini sekaligus sebagai wujud persatuan dan kesatuan, kebersamaan, keadilan, dan kepatuhan kepada pemimpin.
Tanggung Jawab untuk Menciptakan Kedamaian
Dalam sambutannya, Pangdam Supit mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan oleh para kepala suku di wilayah pegunungan tengah Papua. “Kepercayaan ini bukan hanya sebagai suatu kehormatan tetapi suatu tanggung jawab besar untuk menciptakan kedamaian,” ujar Pangdam Supit.
Ia berpesan agar setiap masalah yang terjadi dalam masyarakat hendaknya diselesaikan dengan mengedepankan nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat. Menurutnya, masyarakat Papua memiliki toleransi yang sangat tinggi dan masih menjunjung tinggi ajaran agama yaitu kasih kepada sesama.
“Bila kita mengedepankan kasih, maka masalah akan selesai, masyarakat dapat hidup damai, dan bisa merasakan manfaat dari pembangunan,” kata Pangdam Supit.
Pangdam Supit mengungkapkan keyakinannya bahwa suatu saat wilayah pegunungan tengah Papua akan maju dan terkenal di dunia. Karena itu, ia berharap agar para generasi muda mempersiapkan diri sebaik mungkin melalui jenjang pendidikan.
“Hendaknya generasi muda pegunungan tengah Papua meningkatkan sumber daya manusianya. Seperti kata pepatah, capailah ilmu setinggi langit dan kejarlah ilmu sampai ke Negeri China,” ujar Pangdam Supit.
Ungkapan Rasa dan Harapan Warga
Sementara itu, kepala suku besar Alex Doga dalam sambutannya mengungkapkan bahwa TNI dan masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pengukuhan kepala suku besar pegunungan tengah Papua kepada Pangdam Cenderawasih, kata Alex Doga, sebagai ungkapan rasa dan harapan masyarakat kepada TNI.
“Bapa Pangdam, kami berharap bapa mau memperhatikan kami masyarakat pegunungan tengah Papua yang masih terbelakang ini. Kami perlu pembangunan,” ujar Alex Doga.
Menurut Alex Doga, Distrik Silo Karno Doga yang menjadi lokasi pengukuhan ini memiliki memiliki sejarah penting dalam perjuangan Rakyat Papua bergabung ke dalam bingkai NKRI melalui penentuan pendapat rakyat (Pepera) pada 1969.
Pada saat Pepera 1969, kata Alex Doga, kepala suku besar pegunungan tengah Papua di Jayawijaya Silo Doga bersama para kepala suku yang lain seperti Kurulu Mabel, Ukuemearek Asso dan lain-lain menyampaikan kesetiaannya bergabung dengan NKRI dan menolak penjajahan Belanda.
“Para kepala suku saat itu mendirikan markas perjuangan di Wamena dan sekarang gedung tersebut menjadi Kantor RRI Wamena Kabupaten Jayawijaya,” kata Alex Doga.
Para kepala suku yang menjadi pejuang Pepera ini pernah diundang oleh Presiden Sukarno ke Istana Merdeka Jakarta. Saat itu, kata Alex Doga, para kepala suku menyampaikan ikrar kesetiaan para kepala suku pegunungan tengah Papua kepada NKRI yang dipimpin Silo Doga dihadapan Presiden Sukarno.
Sebagai tanda kesetiaan dan persaudaraan, Silo Doga meminta kepada Presiden agar nama Sukarno disisipkan ke dalam nama kepala suku besar pegunungan tengah Papua menjadi Silo Karno Doga.
“Setelah kembali ke Papua, wilayah ulayatnya dinamakan Silo Karno Doga dan sekarang menjadi Distrik Silo Karno Doga. Distrik atau kecamatan Silo Karno Doga adalah distrik terluas di Kabupaten Jayawijaya,” kata Alex Doga.
(Lihat ini: Lemasko Angkat Kapolres Marlianto Sebagai Kepala Suku Besar Mimika)
Copyright ©Hai Papua “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com