Dark
Light
Today: July 27, 2024
6 years ago
64 views

Tindakan Militerisme Lebih Jauh dari Kehidupan Nyata di Papua

Tindakan Militerisme Lebih Jauh dari Kehidupan Nyata di Papua

Oleh: Epen Minai


OPINI — Saya ingin menguras kehidupan nyata yang saya alami diatas tanah ini, karena saya putra asli papua yang telah melihat, merasahkan dalam kehidupan saya sendiri. saya mempertimbangkan ketika mengalami masalah kemudian masalah tersebut di tangani oleh pihak TNI Polri ( keamanan ), sama sekali berpihakan, dengan alasan beberapa factor tertentu yang mengutungkan bagi keamanan; yang pertama, factor uang, factor kenalan, factor bahasa, factor penampilan, dan ada banyak hal lain yang menjadi alasan utama untuk berpihakan, jika hal itu terjadi bagaimana dengan pelayananan yang sebenarnya? Kemudian pelayanan seperti ini apa perutusan sebagai tugas utama bagi mereka dari Tuhan? Karena dengan pertimbangan masalah-masalah itu,tidak tersinggrong dengan kehidupan nyata.

(Simak ini: Ali Murtopo: Indonesia membutuhan Kekayaan Papua Tidak Termasuk Manusianya)

Tak ada rasa kekeluargaan ketika perasaan seseorang mengecewakan dengan cara yang tidak sepaham bagi rakyat kecil, karean bukan pelayanan melainkan intimidasi rakyat kecil dan selain itu, menciptakan masalah di dalam keluarga sehingga mempertahankan sebagai satu bangsa, satu Negara, dan satu bahasa sangat sulit. Dengan akibat pelaayanan seperti ini di sayangkan bagi rakyat kecil yang merasahkan karena pelayanan yang menghilangkan kebenaran.

Disini saya petik dari kata mamat seorang stenap comedi dari putra papua ( fak-fak) saat stenap comedi TV Kompas pernah menyatakan “ Negara besar di Indonesia ini hanya menilai kualitas seseorang dari waja” saya mendukung dengan ungkapan mamat karena dimana ada masalah penilaian utama adalah wajah, salah bahasa, kurang finansialnya sehingga walaupun masalah tersebut benar, namun dengan keterbatasan yang ada terjadilah berpihakan dengan orang yang memiliki uang, penampilan yang baik,tutur kata yang teratur sehingga tidak ada kejujuran yang tercipta di tengah rakyat kecil.

Semenjak saya mulai berpendidikan tingkat SMP hingga saat kuliah banyak masalah yang tidak menyelesaikan secara hukum, seharusnya masalah besar seperti 4 tahun lalu paniai berdarah 4 orang pelajar tewas ditempat diantaranya: simon degei, apinus gobai, alpius you, dan yulianus yeimo serta 17 orang lainnya luka-luka. Jadi, masalah-masalah di papua tidak ditangani secara serius baik pihak pemerinta pusat dan keamanan dan tidak menyelesaikan secara hukum selalu ada berpihakan.

Setiap kali pelanggaran HAM di papua tidak perna menyelesaikan secara hukum, tidak perna di sidangakan masalah-masalah dipapua, di papua lembaga-lembaga pendidikan, kesehatan, pemerinta sudah kerja sama, di dalam pelayanan sebagai tugas keamanan mengayomi,pengapdian kepada masyarakat harus serius tidak menbedah-bedahkan sebagai pemimpin, namun saat ini pelayanan di papua tidak sesuai dengan pelayanan nyata.

(Baca ini: Papua Bukan Provinsi Otonomi, Tetapi Wilayah Koloni)

Di papua saat ini, personil lebih banyak dan selalu bertambah bertujuan untuk menjaga melayani, namun nyatanya transmigrasi bebas masuk, perusahan illegal memperluas, mulai memperbanyak minuman berakohol di tengah-tengah TNI/PORLI berarti tidak serius pelayanan sebagai tugas keamanan di papua, malahan dalam pelayanan menciptakan masalah dan terjadi pelanggaran karena di papua pembunuhan diaman-mana, semuanya berakibat dari beberapa masalah diatas.

Pengamanan berbagai masalah-masalah dipapua benar-benar tidak konsisten karena pengaru dari kepentingan sendiri untuk menguntungkan dalam kebutuhan dalam hal finansialnya yang mengutungkan sehingga nilai-nilai keadilan,kejujuran menghilang dari dalam kenyataan hidup dengan tindakan sementara.

Pelayanan tidak konsisten atau tidak serius di papua karena saat menempu pendidikan SMA di kabupaten nabire banyak masalah yang saya alami, saat saya mau mulai pendaftaran SMA kebetulan saya mengendara motor kemudian saya di tahan oleh polisi, waktu yang sama teman saya melewati saya, ia boncen teman dan teman yang belakang tidak pake helm dan saya longtarkan pertanyaan kepada bapak polisi, bapak polisi kenapa tidak tahan mereka karena mereka tidak pake helm di dibiarkan begitu saja? Ia menjawab mereka memiliki surat-surat lengkap, baru apa bedahnya dengan saya punya motor karena saya punya motor surat-surat lengkap juga ini? Saya kasih tunjuk saya punya surat-surat tetapi polisi tahankan prinsip bahwa motor harus bawah ke porles nabire, beberapa menit kemudian saya keluar uang Rp: 200.00 saya berikan kepada polisi ia lepaskan motor saya. Saya pikir masalah-masalah kecil saja begini bagaimana dengan masalah-masalah besar untuk membelah kebenaran karena teman saya yang benar-benar pelanggaran kok dibiarkan apakah pelayanan yang serius atau sebatas mencari uang? Hal seperti ini, Tindakan melawan kehidupan nyata.

(Simak juga: Populasi Orang Asli Papua “Darurat”, Siapa Peduli dan Apa Solusi Terbaik?)

Saya menulis bukan penglihatan orang lain, bukan berdasarkan pengalaman hidup orang lain,melainkan dalam kehidupan saya dan saya yakin bawah pengalaman seperti saya, pasti orang papua alami hal seperti saya.

Posted by: Admin
Copyright ©Tabloid WANI (e-mail) “sumber”
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.