Oleh Gembaga Pejuang Rimba Raya New Guinea
Natal, atau lahir, atau awal kehidupan baru, khususnya kelahiran seorang tokoh revolusionar semesta alam sepanjang masa yang telah meletakkan fondasi revolusi total itu patut direnungkan oleh para pejuang Papua Merdeka, di manapun kita berada.
Tidak sama dengan Orang Kristen yang ada di alam kemerdekaan, di alam damai. Para pejaung Papua Merdeka merayakan “natal” dalam posisi di kandang-kandang, di gua-gua, di tenda-tenda, di sepanjang Rimba New Guinea. Rumah-rumah kita sudah cukup layak dan memenuhi syarat bagi Yesus Kristus untuk lahir. Karena kita tahu, Yesus bukannya tidak mendapatkan tempatyang layak, tetapi justru tidak diberi tempat yang layak untuk meletakkan kepala-Nya saja. Yang tidak memberi tempat ialah umat manusia yang hidup di rumah-rumah dan tempat-tempat mewah meriah, aman sentosa. Mereka sudah memiliki semuanya, karena itu untuk apa mengizinkan Yesus masuk ke dalam hidup mereka?
Kondisi kandang menunjukkan suasana hati kita. Orang yang merasa tidak berdosa seharusnya tidak merayakan, karena Yesus datang bukan untuk orang benar. Yesus mencari orang berdosa, oleh karena itu kita yang merasa berdosa, bersalah, dan tidak layak, yaitu kandang babi, di situlah tempat Yesus mau lahir. Oleh karena itu, marilah kita membuka hati, membiarkan Yesus lahir.
Hal kedua, sebelum kelahiran, ada proses besar telah terjadi. Yesus adalah Allah itu sendiri, ia bertahta di Surga, dengan segenap kemegahan, tahta dan kekuasaan-Nya. Bayangkan saya semua pejuang Papua Merdeka yang saat ini menderita, apakah kita tidak punya status, kedudukan dan harta di tengah-tengah kampung, masyarakat dan kelompok kita?
(Simak ini: Presiden RI ke 4: Yesus Kristus Bukan Juruselamat Umat Kristen Saja, Melainkan Seluruh Umat Manusia)
Kita manusia biasa, manusia Papua, hidup sebagai petani, orang kampung, pegawai negeri, Kepala Suku di kampung kita dengan baik-baik, punya keluarga dan kerabat. Tetapi sama dengan Yesus, ia telah meninggalkan tahta-Nya bernama Surga. Ia juga meninggalkan status-Nya sebagai Allah. Sama dengan kita pejuang telah meninggalkan status kita di tempat kita. Yesus lalu berani mengambil wujud seorang “bayi” dan dilahirkan dari seorang manusia.
Hal “menjadi bayi” dan “dilahirkan oleh seorang manusia”, yaitu perempuan keturunan Adam dan Hawa yang berdosa, ialah sebuah tindakan yang patut kita teladani dengan segala kerendahan.
Kita sebagai pejuang Papua Merdeka, kita harus merendahkan diri, kita harus buang ego kelompok dan ego pribadi. Kita harus lepaskan nafsu-nafsu pribadi, nafsu duniawi, dan bertobat dan menerima Yesus. Hal ini menjadi persoalan terbesar dalam barisan pejuang Papua Merdeka, karena kita yang telah berani meninggalkan tempat, meninggalkan sanak-saudara dan kedudukan, kita diri nafsu kita memberontak, dan pemberontakan itu berujung kepada nafsu dan ambisi yang tidak sehat.
Nafsu dan ambisi itu menyebabkan para pejuang Papua Merdeka menjadi hamba nafsu dan ego. Untuk melahirkan sebuah cita-cita Papua Merdeka, kita harus berani lahir lewat kandungan seorang perempuan, dan menjadi bayi; yaitu didaur ulang, mematikan kepribadian lama, dan tumbuh sebagai manusia baru.
Hal ketiga, saat Yesus lahir di Kandang Babi di Bethlehem, terjadi tanda-tanda di alam semesta. Di Surga malaikat surga berpesta-ria, di dunia para gembala domba datang menyembang, orang-orang dari Timur datang menyembah, Herodes memberikan reaksi keras membasmi banyak anak-anak, dan sebagainya.
Reaksi ini muncul sebagai hasil dari tiga proses tadi, yaitu proses meninggalkan, proses lahir, dan proses menjadi bayi lewat kandungan seorang manusia berdosa.
Sebagai pejuang kemerdekaan bangsa Papua, mari kita sadari dan camkan, bahwa revolusi terbesar semesta alam semsesta alam yang pernah diakukan Sang Panglima Mahatinggi Komando Revolusi dilakukan lewat tiga proses tadi, yaitu sebuah proses revolusi dengan penuh kedamaian, penuh cinta-kasih dan penuh kerendahan hati.
Sekali lagi, cintah kasih menjadi dasar, sebab dan tujuan. Karena itu revolusi dilakukan dengan penuh kedamaian, karena revolusi ini dijalankan dengan penuh kerendahan hati.
Karena bapa semua orang sombong ialah Lucifer. Bapa semua penipu ialah Lucifer.
Bapa kami di Surga di dalam Tuhan Yesus, Engkau sebagai Panglima Mahatinggi Komando Revolusi perjuangan kamu terjajah di seluruh muka Bumi.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di Bumi Papua, seperti di surga sehingga umat-Mu di Tanah Papua merayakan hari bersejarah ini di tahun-tahun yang akan datang dalam kedamaian, tidak seperti tahun ini, dan tahun-tahun sebelumnya, yang dirayakan dalam teror, tangisan, tekanan, geram, dan tanda-tanya.
Berilah kami pada hari ini semua kebutuhan kami seperlunya untuk memperjuangkan dan mengakhiri perjuangan ini, hingga Papua Merdeka berdaulat di luar NKRI.
Janganlah menghukum kami atas dosa, nafsu dan ego kami, tetapi ampunilah kami dari segala dosa dan salah kami seperti kami juga telah mengampuni keslaahan orang lain terhadap kami, karena kami juga mengampuni sesama pejuang kami, dari dendam, dari dengki, dari caci-maki, dari saling curiga, dari konflik ego dan nafsu.
Ya, Tuhan, jangan kiranya menahan kami berlama-lama lagi di padang belantara ini, tetapi tibakanlah kami ke Tanah Kanaan dengan segera, aman dan sentosa.
Kami tahu Tuhan, bahwa kami telah keluar dari Penjajanah Firaun di Mesir,
Kami tahu Tuhan bahwa kami telah kehilangan Musa, di Gunung Nebo. Dan kami yakin bahwa kami telah menyeberangi Sungai Yordan. Engkau tahu juga Tuhan, kami sudah mulai mau membangun batu-batu peringatan sesuai dengan perintah-Mu. Akan tetapi kami masih terus bergumul mengumpulkan batu-batu dari setiap suku dan kaum di New Guinea bagian barat.
Bantulah kami ya Tuhan. Beri hikmat bijaksana kepada pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) agar kami melihat suku dan kaum yang harus meletakkan batu sebagai peringatan atas kemenangan yang telah Engkau berikan kepada kami beberapa tahun lalu.
Bantulah kami, ya Tuhan! Berilah ULMWP hikmat akal-budi, karena kami akhirnya harus berjalan mengelilingi tembok Jericho dengan puji-pujian dan tarian-tarian Melanesia, dan setelah itu, masih ada beberapa tahun lagi, kami harus menginjakan kaki kami atas tanah Kanaan yang telah kau berikan kepada nenek-moyang kami.
Ya Tuhan, di dalam Nama Yesus yang telah lahir dan kami peringati hari ini, kami berdoa kiranya bantulah semua pejuang Papua Merdeka untuk berserah dan bersandar kepada-Mu, dan kepada para pengurus ULMWP untuk meninggalkan dan menanggalkan segala kebutuhan dan kepentingan pribadi, dan memperjuangan perjuangan mulia ini.
Karena kami tahu dan percaya, “Ada mujizat Tuhan akan Tuhan tunjukkan ketika kami hamba-hamba-Mu tunduk kepada perintah-Mu!”
Dalam nama Adat, Moyang, bangsa Papua, segenal komunitas makhluk, anak-cucu kami, dalam nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Amin! Amin! Amin!
Dari Gubung beratapkan batu, berbetonkan batu, beralaskan batu! Dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi!
____________
(Baca ini: Pesan Natal ULMWP: Biarkan Dunia Mengingat Orang Papua yang Kini Sedang Menderita)
Posted by: Admin
Copyright ©PMNews | Papua Post “sumber”
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com