Kemarin (29/1) Komisioner HAM PBB sudah mengkonfirmasi bahwa, mereka telah menerima petisi rakyat West Papua, meskipun Indonesia mengatakannya “hoax”. |
Jenewa — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap momen ketika pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda, menyerahkan petisi soal referendum kemerdekaan West Papua kepada Komisioner Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet.
Wakil juru bicara Komisioner Tinggi HAM PBB (OHCHR), Ravina Shamdasani, mengatakan bahwa petisi tersebut diserahkan saat Bachelet sedang bertemu dengan delegasi Vanuatu dalam sesi Ulasan Universal Periodik Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss (25/1).
“Dalam pertemuan ini, salah satu anggota delegasi Vanuatu, Benny Wenda, menyerahkan petisi kepada Komisioner Tinggi. Pertemuan ini tidak diatur khusus oleh Wenda untuk tujuan tersebut,” kata Shamdasani melalui surat elektronik, Selasa (29/1).
Saat bertemu Bachelet, Benny mengatakan bahwa di bawah pemerintahan Indonesia, warga Papua tak memiliki kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berkumpul.
Dia juga menganggap satu-satunya cara untuk mendapatkan kebebasan itu adalah melalui petisinya tersebut.
Menurut Shamdasani, Bachelet kemudian mengatakan kepada Benny bahwa OHCHR sudah berkoordinasi dengan Indonesia mengenai masalah HAM di Papua, dan meminta akses ke Papua.
“Indonesia sepakat untuk memberikan akses kepada kantor kami ke Papua dan kami menunggu konfirmasi terkait pengaturan tersebut,” kata Shamdasani.
CNNIndonesia.com sudah meminta penjelasan kepada Kementerian Luar Negeri RI untuk mengetahui perkembangan proses pemberian akses PBB ke Papua, tapi belum mendapatkan respons.
Hingga berita ini dibuat, CNN juga masih menunggu konfirmasi mengenai langkah PBB selanjutnya menanggapi petisi ini.
(Lihat Ini: ULMWP Menyerahan Petisi West Papua Kepada Komisaris Tinggi PBB)
Kepala Staf Kepresidenan RI, Moeldoko, meyakini PBB tidak akan menggubris petisi yang diklaim sudah ditandatangani 1,8 juta orang itu karena menganggap badan internasional tersebut menghormati kedaulatan Indonesia.
“PBB pasti menghormati kedaulatan Indonesia,” ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/1) kemarin.
Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, juga mengatakan penyerahan petisi sama sekali bukan masalah bagi Indonesia. Dia menekankan jika ada kelompok yang ingin memisahkan diri dari Indonesia maka harus berhadapan dengannya.
“Begini ya, apa pun ngomong segala macem, enggak boleh merdeka. Titik. Ya, kalau mereka berhadapan dengan pasti menteri pertahanan dulu dong, menteri pertahanan negara,” ucapnya.
Ryamizard pun mengaku tak khawatir dengan klaim Benny soal ada 1,8 juta orang yang menandatangani petisi tersebut.
“Tidak masalah. Kita lebih banyak kok,” ujar Ryamizard.
Sementara itu, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer Cenderawasih, Muhammad Aidi, meragukan jumlah orang yang diklaim meneken petisi tersebut.
“Jumlah itu sangat tidak mendasar. Jumlah penduduk di Papua Barat 2,5 juta. Di Nduga saja 70 persen di antaranya masih hidup seperti di masa prasejarah, bahkan tidak punya data kependudukan. Bagaimana bisa ada 1,8 juta orang tanda tangan?” katanya kepada CNNIndonesia.com.
Simak berikut ini:
- Penjelasan Bazoka Logo tentang Petisi Rakyat West Papua
- Bazoka Logo: Saat ini Perjuangan Papua Merdeka “telah Jelas”, Kecuali Indonesia
Muhammad menyebut “prasejarah” karena saat ini masih banyak masyarakat di Papua, khususnya di daerah pedalaman, belum mengenal baca tulis. Data kependudukan juga belum jelas, layaknya zaman prasejarah.
“Masyarakat hidup terpencar dan terisolasi tanpa sarana transportasi sehingga sulit dilaksanakan sensus penduduk. Bagaimana mungkin masih ada masyarakat yang buta huruf (Pra Sejarah) bisa tanda tangan?” kata Muhammad melalui pesan singkat.
(Baca Ini: ULMWP: Jawaban Penderitaan dan Sejarah Perjuangan Bangsa Papua)
Posted by: Admin
Copyright ©CNN Indonesia “sumber”
Hubungi kami di E-Mail 📧: tabloid.wani@gmail.com