Dark
Light
Today: October 5, 2024
5 years ago
154 views

PM Inggris Mengundurkan Diri, Ini Tanggapan Partai Oposisi

PM Inggris Mengundurkan Diri, Ini Tanggapan Partai Oposisi
Perdana Menteri Inggris Theresa May (kiri) dan Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn (kanan).

“Perdena Menteri Inggris Theresa May akan mundur karena tak mampu mewujudkan Inggris keluar dari Uni Eropa”

Jakarta, — Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn mengatakan pengunduran diri Perdana Menteri Inggris Theresa May adalah hal yang benar. Ia bahkan meminta agar segera dilakukan pemilihan umum untuk mendapatkan pengganti May.

“Theresa May akan turun dari jabatannya. Dia sekarang menerima apa yang telah negara tahu selama berbulan-bulan: dia tidak bisa memimpin, ataupun membagi atau memecahbelah partai,” katanya melalui Twitternya, Jumat (24/5/2019).

“Siapapun yang akan menjadi pemimpin harus membiarkan rakyat menentukan masa depan negara kita, melalui Pemilihan Umum segera,” tambahnya.

Theresa May is right to resign. She’s now accepted what the country’s known for months: she can’t govern, and nor can her divided and disintegrating party.

Whoever becomes the new Tory leader must let the people decide our country’s future, through an immediate General Election.

— Jeremy Corbyn (@jeremycorbyn) May 24, 2019

Sebelumnya, Theresa May mengatakan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Inggris pada 7 Juni.

Hal ini terjadi setelah parlemen Inggris menolak untuk memberikan suara untuk mendukung kesepakatan Brexit sebanyak tiga kali. Kepemimpinan Theresa May sebagai perdana menteri telah banyak dikritik oleh anggota partainya sendiri akibat telah berulang kali gagal membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (UE).

Baca ini: Pejuang Papua Merdeka yang Tinggal di Inggris dan Amerika Serikat Tidak Belajar dari BREXIT dan CALEXIT

Dalam pidato yang emosional di depan pusat pemerintahan di Downing Street 10, Theresa May mengatakan dirinya telah melakukan segala hal yang ia bisa untuk meyakinkan parlemen agar menyetujui rancangan perjanjian Brexit yang sudah ia sepakati dengan UE.

Namun, dengan penuh penyesalan ia akhirnya gagal mencapai kesepakatan dengan parlemen.

Mengutip CNBC International, tidak adanya kesepakatan Brexit yang dicapai hingga saat ini berarti Brexit no deal lebih mungkin terjadi. Inggris dan Irlandia Utara diharuskan meninggalkan UE pada 31 Oktober 2019.

“Saya percaya adalah hal yang benar untuk bersikap gigih bahkan ketika semuanya tampak tidak mungkin, namun kini jelas bagi saya bahwa ini demi kebaikan negara agar perdana menteri baru memimpin upaya itu,” ujarnya.

“Saya akan segera meninggalkan pekerjaan yang menjadi kebanggaan dalam hidup saya. Perdana menteri perempuan kedua namun tentu saja bukan yang terakhir,” kata May.

Baca ini: Debat Tentang West Papua, Pemerintah Inggris Menyebut “Pepera Benar-benar Cacat”

Ia mengakhiri pidatonya sambil menangis ketika berkata merasa terhormat mendapat kesempatan melayani negara yang ia cintai.

Saat ini proses pemilihan pengganti May sudah dimulai. Anggota parlemen Konservatif dan mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson digadang-gadang sebagai calon penggantinya.

Copyright ©CNBN Indonesia “sumber”
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.