FOTO: Peter O’Neill (tengah) dan Wakil Perdana Menteri Charles Abel (kanan) telah menyerahkan kepemimpinan kepada Sir Julius Chan (kiri). Berita ABC: Natalie Whiting |
Port Moresby — Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill mengundurkan diri, Minggu (26/5/2019). Pengumuman mengejutkan ini disampaikan O’Neill beberapa pekan setelah terjadi pembelotan para anggota partai.
Dalam konferensi pers di Port Moresby, O’Neill mengatakan, kondisi atas kesetiaan politik di parlemen baru-baru ini menunjukkan adanya kebutuhan baru yang harus diakomodasi.
Baca ini: PM Inggris Mengundurkan Diri, Ini Tanggapan Partai Oposisi
Pada Jumat, para tokoh oposisi mengumpulkan dukungan di parlemen untuk menggulingkan O’Neill terkait berbagai keluhan, termasuk ketidakpuasan soal keputusan sepihak terkait kesepakatan gas bernilai miliaran dolar. Oposisi menilai kesepakatan itu merupakan hasil buruk bagi negara.
Pria yang sudah menduduki jabatan PM selama 7 tahun itu menyerahkan kepemimpinan kepada Julius Chan.
Bryan Kramer, seorang anggota parlemen oposisi, menganggap pengumuman pengunduran diri ini sebagai taktik dari O’Neill demi mencoba memenangkan hati para anggota parlemen yang membelot dari kubu pemerintah.
“Dia mengumumkan mengundurkan diri, tapi kami belum melihat surat pengunduran diri. Di bawah hukum, (pengunduran diri) tidak berlaku secara hukum sampai surat disampaikan dan diterima oleh jaksa agung dan kami melihat ketua parlemen menyampaikan pengumuman pada Selasa mendatang untuk pemilihan posisi perdana menteri,” kata Kramer, dikutip dari The Guardian.
Baca ini: 3 Menteri Mundur, PM Papua Nugini Hadapi Mosi Tak Percaya
Kramer melanjutkan, setelah pengumuman di parlemen, harus ada pemilihan untuk menentukan PM yang baru. Kramer yakin kelompok oposisi, dikenal sebagai Laguna Camp, memiliki cukup suara untuk memajukan kader mereka.
“Dengan asumsi pengunduran diri (anggota parlemen kubu pemerintah) terus berjalan, kami memiliki 63 (suara). Siapa pun yang kami putuskan sebagai calon, yang belum kami buat, akan menjadi perdana menteri berikutnya,” kata Kramer.
“Ini merupakan politik di PNG dan belum berakhir,” ujarnya, melanjutkan.
Krisis politik mencapai puncaknya awal bulan ini setelah serentetan pengunduran diri para menteri. Kondisi ini memicu para anggota parlemen untuk menyerukan mosi tidak percaya kepada O’Neill.
Posted by: Admin
Copyright ©The Guardian | Abc.net.au“sumber”
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com
PM o'niel kaki tangannya negara kolonial Indonesia, o'niel selalu menyangkal ras Melanesia dan mendukung ras Melayu maka pantas untuk mengundurkan diri. Kami orang asli Papua tidak mendukung o'niel