Foto: Masing-masing utusan dari seluruh markas militer tiga faksi besar, yaitu Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), Tentara Nasional Papua Barat (TNPB) dan Tentara Revolusi West Papua (TRWP). Foto diatas, pada sesi upacara dalam Kongres Luar Biasa Tentara West Papua atau West Papua Army di Vanimo, yang diikuti oleh seluruh Panglima TPN-PB, TNPB dan TRWP, serta turut dihadiri pula pemimpin ULMWP. (doc. tabloid-wani.com). |
Port Numbay, — Dalam KTT-ULMWP 2017 di Vanuatu, perwakilan militer West Papua yang hadir di sana adalah Sebby Sambom (TPN-PB), Jefri Pagawak (OPM), Yona Wenda (TNPB/Dewan Militer), Yalpi Yikwa (TRWP). Mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan politik. Dalam penyampaian pandangan politik, masing-masing memperkenalkan profil militer, serta mendesak kepada ULMWP untuk diakui.
Usulan atau rekomendasi mereka kepada ULMWP adalah memfasilitasi pertemuan Militer West Papua menuju Persatuan militer.
Rekomendasi itu diputuskan oleh pimpinan ULMWP dan merekomendasikan kepada Biro Pertahanan untuk mengkoordinasikan semua markas pertahanan. Biro Pertahanan ULMWP pun telah melakukan tugasnya untuk mengkoordinasikan kepada seluruh markas militer.
Semua markas telah menyatakan kesediaannya untuk siap menghadiri pertemuan seluruh militer yang difasilitasi atau dimediasi oleh ULMWP melalui Biro Pertahanan.
Wujud dari pada komitmen seluruh pertahanan itu, masing-masing markas telah mengutus dua-dua orang untuk menghadiri Pra Kongres Luar Biasa (Pra-KLB). Utusan masing-masing pertahanan inilah yang membentuk Panitia bersama, baik dari TPN-PB, TRWP dan TNPB. Jadi, panitia Penyelenggara bukan Biro Pertahanan ULMWP, melainkan representasi dari TPN-PB, TRWP dan TNPB yang kemudian membentuk sebuah panitia.
Seusainya, panitia mengeluarkan undangan KLB, dan masing-masing Pertahanan mengirim peserta KLB disertai sumbangan untuk pelaksanaan KLB yang dibebankan Panitia.
Sejak Pra-KLB hingga KLB-nya, Panitia maupun Kepala Biro Pertahanan aktif membangun komunikasi dengan Tuan. Sebby Sambom dan Jefri Pagawak. Undangan pun sudah dikirim dan telah diterima oleh mereka, tetapi mereka tidak hadir.
Pertanyaannya; mengapa mereka TIDAK HADIR? padahal mereka-lah yang mendesak kepada ULMWP untuk memfasilitasi pertemuan Militer [untuk persatuan militer].
Sekitar 500-an delegasi dari masing-masing Pertahanan yang hadir telah menyepakati dan memutuskan untuk bersatu dibawa nama West Papua Army atau Tentara West Papua.
Struktur komando tidak dileburkan atau disatukan. Masing-masing struktur komando tetap ada, tetapi hanya membangun garis koordinasi dibawa ULMWP.
Demikian ringkasan singkat tentang proses yang terjadi. Pada prinsipnya, mereka bukan membentuk struktur militer baru, artinya ULMWP tidak membentuk tentara baru.
Foto: West Papua Army di wilayah Adat Mee-Pago, dalam sebuah kesempatan pada bulan Februari 2019. (doc. tabloid-wani.com) |
Itu sedikit penjelasan, semua ini terjadi karena pentingnya persatuan. ULMWP sendiri, representasi dari semua organisasi perjuangan yang berafiliasi dalam agenda maupun struktur Perjuangan. Maka tidak bisa mengakui salah satu militer saja.
Langkah yang bisa ditempuh ULMWP demi mewujudkan persatuan militer sebagaimana proses yang berlangsung kemarin.
Baca juga:
- Posisi TPNPB atau TPN-OPM dalam West Papua Army
- Senior OPM: Sepatutnya Jeffry Pagawak Tidak Menggunakan “Samaran OPM”
Posted by: Simion Sur’Abut
Copyright ©Social Media “sumber”
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com
Suka tidak suka,Papua Barat dengan lobi2 Internasional Politik masa depan Papua makin diatas Angin Samudra Pasifik,Oleh karena Itu Para Elit di Jakarta jangan memandang sebeleh mata.
Tapi masih kita sebagai anak Bangsa mendengan Suara hati Saudara2 kita ini,Papua cermin NKRI Masa depan, kalau kita mengabaikan Persoalan ini maka kita akan mendekati waktu magrip dan Papua Barat dengan Dukungan2 Rakyat Internasional yg solit.
Papua Barat dengan Rakyatnya tidak banyak ingin Pemangunan Jalan2 Tol tapi ingin Di Hargai sebagai Pemilik Tanah Leluhurnya serta manusianya ingin Kedamaian abadi..Rakyat merasa Aman tidak kuatir atas keamanan Bangsa.Namun Papua Barat punya catatan kelam masa lalu sehingga Luka ini sulit di Obati untuk di lupakan.
Saat ini Resolusi PBB Sedang di tinjau kembali karena Dengan Kekuatan PBB Papua Barat masuk dalam Pangkuan Ibu Pertiwi,maka PBB saat ini menjadi Wasit …apakah layak Papua Barat menjadi Satu kesatuan NKRI.
Kiranya Persatuan dan Kedamaian Bangsa di jujung tinggi agar Saudara2 kita ini tidak bertanya…Kok Negara kita…mengabaikan Hak Kemanusian dalam Sila Pancasila.
Tidak papa! Ini waktunya bagi bangsa Papua untuk menentukan masa depannya, dengan berdaulat sendiri sebagai bangsa dan negara yang merdeka, Amin!