|
Mahatma Gandhi (photo credit: The Times of Israel / Wikimedia Commons) |
No. 1 PAPUA Merdeka News | Portal
Mahatma Gandhi: Saya Tidak Harus Menjadi Orang Kristen Tetapi Saya Melaksanakan Ajaran dan Perkataan Yesus untuk Kemerdekaan Bangsa India
Artikel Teladan dan Inspirasi Tokoh
Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman, MA
Mahatma Gandhi bukan orang Kristen. Gandhi juga mengatakan saya tidak harus menjadi orang Kristen. Mahatma mengatakan bahwa walaupun saya bukan orang Kristen dan tidak percaya Yesus Kristus, saya mau melaksanakan pengajaran dan perkataan Yesus.
Mahatma memegang dan menjadikan pijakannya apa yang Tuhan Yesus ajarkan dan katakan. “Bukan setiap orang yang berkata kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21).
Gandhi mengatakan: “Yesus Kristus dicobai Iblis tiga kali di padang gurun dan Yesus tidak kompromi dengan Iblis dan Yesus menang dan Iblis kalah.”
Sama seperti Yesus tidak kompromi dengan Iblis, maka saya juga tidak akan kompromi dengan kekuasaan Kerajaan Inggris yang menduduki dan menjajah bangsa saya. Saya dengan rakyat India melawan kekuasaan Kerajaan Inggris sampai rakyat India benar-benar merdeka dan bebas di atas tanah leluhur mereka.
Gandhi mengatakan, Kerajaan Inggris mempunyai kekuasaan. Mereka mempunyai pusakan tentara lengkap dengan pesawat tempur, kapal perang, tank-tank dan didukung dengan keuangan.
Mahatma mengatakan. Saya mempunyai perlengkapan perang melebihi dan melampaui apa yang dimiliki Kerajaan Inggris. Saya memiliki kekuatan senjata yang mampu dan sanggup melumpuhkan dan menghancurkan serta membungkan mulut kekuasaan Kerajaan Inggris.
Saya yakin Kerajaan Inggris pasti kalah dalam perang. Saya dengan rakyat India pasti menang. Karena kekuatan senjata yang saya miliki tidak ada pada kekuasaan Kerajaan Inggris. Kerajaan Inggris tidak mampu membeli kekuatan senjata yang saya miliki walapun mereka mempunyai banyak uang.
Gandhi mengatakan: Kekuatan senjata saya dan rakyat India untuk mengalahkan kekuasaan Kerajaan Inggris ialah perjuangan dengan jalan DAMAI. Seperti Yesus mengalahkan kuasa Iblis dan kuasa dosa dengan jalan DAMAI. Karena itu, saya tidak menjadi orang Kristen, tetapi saya melaksanakan ajaran dan perkataan Yesus.
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).
Mahadma Gandhi percaya bahwa perjuangan dengan jalan DAMAI tidak mengorbankan rakyat India dan juga tidak mengorbankan serdadu-serdadu Inggris.
Pada 30 Mei 2020 saya mengajukan pertanyaan. Pertanyaan Untuk Seluruh Rakyat Papua.
Siapa yang mendapat keuntungan besar ketika para pejuang West Papua Merdeka berjuang dengan jalan menggunakan kekerasan senjata/perang?
- Rakyat dan bangsa West Papua.
- Pemerintah Indonesia TNI-Polri
Penulis mendapat beberapa jawaban pertanyaan saya. Terima kasih saya telah mendapat jawaban dari beberapa orang.
Jawaban mereka sebagai berikut:
“Jawabannya Nomor 2. Pemerintah Indonesia TNI-POLRI mendapat keuntungan besar. Kalau jalan kekerasan digunakan.”
“Nomor 2. Akan terjadi penambahan pasukan TNI-Polri di Papua. Mereka dapat banyak keuntungan. Kebanyakan rakyat menjadi korban. Dunia internasional tidak akan mendukung perjuangan dengan kekerasan.”
“Nomor 2. Kekerasan itu milik Indonesia. TNI-Polri senang kekerasan di Papua. Kekerasan Timor Leste dan Aceh sudah berhenti. Papua daerah kekerasan militer.”
“Nomor 2, karena kekerasan rakyat banyak mati. Internasional tidak dukung kita. Internasional sangat kekerasan. ULMWP sudah berjuang dengan jalan damai.”
“Nomor 2 karena Dewan Gereja Dunia sudah dukung ULMWP karena berjuang jalan damai. Pasti gereja tidak senang dan tolak kekerasan.”
“Nomor 2, saya pikir dulu waktu John Rumbiak sudah ketemu Jenderal Kelly Kwalik, Jenderal Yustinus Murip, Jenderal Goliat Tabuni dan juga Jenderal Yoweni untuk berjuang dengan jalan damai. Saya pikir Pak Yoman tahu proses itu. Kita tiap hari hari diskusi di kantor ELSHAM Padang Bulan. Kita perlu cek pernyataan itu.”
Penulis juga ajukan pertanyaan kepada para pejuang keadilan, perdamaian, martabat manusia dan penentuan nasib sendiri rakyat dan bangsa West Papua.
Apakah Anda mengambil teladan atau contoh perjuangan Mahatma Gandhi? Jalan mana yang tepat supaya tidak korbankan rakyat dan korbankan pihak musuh seperti yang ditempuh Mahatma Gandhi?
Mahadma Gandhi juga menerapkan pesan Yesus. Mencari jalan yang tepat dengan menebarkan jalan di tempat yang tepat untuk membebaskan bangsanya dari kolonial Kerajaan Inggris.
“Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu memperoleh”
(Yohanes 21: 6).
Apa artinya dari pesan Firman Tuhan ini? Tuhan Yesus sampaikan mengubah pola dan strategi perjuangan Papua Barat merdeka sesuai dengan perubahan dan perkembangan era. Sekarang era moderen, era digital, era teknologi, era medsos.
Karena itu, tebarkanlah jala ke arah yang baru, strategi yang baru dengan inovasi yang baru, kreativitas yang baru, dan harus tinggalkan gaya dan pola primitif, kuno dan usang.
Mahatma Gandhi telah mengajarkan kepada para pejuang Papua Barat. “Saya tidak harus menjadi orang Kristen tetapi saya melaksanakan ajaran dan perkataan Yesus, yaitu berjuang dengan jalan DAMAI, DAMAI, DAMAI sampai India merdeka bukan kekerasan.
Sesungguhnya cukup banyak senjata ampuh yang dimiliki para pejuang, sebut saja seperti: RASISME, pelanggaran berat ham, sejarah pepera 1969 yg tidak demokratis, perampasan tanah, kegagalan otsus, marjinalisasi (peminggiran) penduduk asli Papua, perampasan hak politik dalam legislatif dan tahanan politik, tahanan rasisme dan masih banyak. Semuanya dapat diperjuangkan dengan jalan DAMAI. Anda pasti menang dan kalahkan musuh.
Lahirnya Kesadaran Mohandas Mahatma Gandhi
John McCain bersama Mark Salter dalam buku berjudul: “Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia” dengan sangat indah mengabadikan pengalaman Moh.Gandhi, bapak dari rakyat & bangsa India.
Gandhi berpendidikan hukum di London dan berprofesi menjadi penasihat hukum. Kembali ke India dari London, Inggris dan dari India Gandhi ke Durban Afrika Selatan menjadi Penasihat hukum/Pengacara.
Penguasa Apartheid menamakan orang-orang India di Afrika Selatan dengan sebut “coolie” atau “Sami” artinya pelayan atau pesuruh.
Untuk pertama kalinya, Gandhi menjadi penasihat hukum/pembela Abdullah Seth. Dalam ruang persidangan Gandhi diminta lepaskan turban/tutup kepala Indianya. Ia marah dan tinggalkan ruang sidang. Ia mau melepaskannya tapi Abdullah nasihati dia jangan melepaskannya. Kalau dilepaskan berarti ia akan mengecilkan hati orang India di Afrika Selatan.
Gandhi berbicara di koran Durban dan mengatakan bahwa ia tidak akan melepaskan hak untuk berbusana sesuai kebiasaan di negerinya dan bangsanya menggunakan turban.
Masalah ini dibahas banyak koran di Durban dan seluruh Afrika Selatan. Penguasa Apartheid menghina Gandhi dengan julukan: ” Tamu yang tidak diharapkan dan Penasihat kelas coolie.”
Beberapa hari kemudian Abdullah Seth mengirim Gandhi ke Pretoria dengan tiket kereta api kelas utama. Seorang penumpang kulit putih yang memasuki gerbong kelas utama merasa gusar dan marah menemukan seorang coolie berbusana Inggris duduk nyaman bersama orang Eropa. Orang kulit putih ini mengajukan protes kepada kondektur, dan Gandhi segera dipindahkan ke gerbong kelas tiga. Gandhi menolak. Ia diusir dan barang-barangnya disita dan ditinggalkan kedinginan yang luar biasa di malam musim dingin di ruang tunggu stasiun kerepa api.
Besoknya ia naik kereta yang lain dengan lancar. Tapi dalam perjalanannya ia dihina lebih parah. Gandhi disuruh pindah ke gerbong sebelah pengemudi. Ia menurut dan tidak mau diturunkan lagi.
Kondektur marah besar dan memukul dan mencederai dengan serius jika penumpang lain tak melerai dan boleh duduk bersama mereka.
“Gandhi mengalami penghinaan… selama tinggal di Afrika Selatan. Dalam beberapa minggu saja, ia menemukan bahwa orang Eropa abad ke-19 menganut hierarki ras, bahwa mereka ada di atas dan orang kulit berwarna di bawah.
Baca juga:
- Rasisme, Kekerasan dan Genosida itu “Tiga Bersaudara”
- Ketua ULMWP: Secara Damai, Kami Siap Merebut Kembali Negara Kita dari Indonesia
Perjalanan ke Pretoria melahirkan perubahan besar dalam dirinya. Lenyap sudah rasa malu. Lenyap sudah rasa tak peduli. Lenyap sudah kenaifan tentang cara kerja dunia. Lenyap sudah ambisi pribadi sederhana untuk hidup pantas bagi keluarganya dan profesi terhormat. Lenyap sudah kebanggaan akan keangkuhan sendiri, digantikan martabat dan kukuh dan penghormatan akan martabat setiap manusia, teman maupun musuh, tak lebih besar atau kecil daripada penghormatan pada martabatnya sendiri. Inilah yang sungguh-sungguh menjadikannya sebagai Mahatma. Kelak ia memandang penghinaan itu dengan rasa syukur, karena semua merupakan petunjuk baginya. Ia menganggap itu sebagai titik balik kehidupannya. Jadi, Tuhan meletakkan batu landasan hidup saya di Afrika Selatan, tulisnya.” (2002: hal 16,17).
Doa dan harapan penulis, artikel pendek ini berguna untuk para pembaca.
Ita Wakhu Purom, Minggu, 31 Mei 2020
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua;
2. Anggota Dewan Gereja Papua (DGP).
Kontak: 08124888458
Posted by: Admin
Post Views: 280