Masyarakat Nduga pada hari Minggu (19/7/2020) seharian menduduki jalan ke Bandara Keneyam menuntut jenazah Selu dan Elias Karunggu dimakamkan di ujung bandara Keneyam – Dok. Jubi |
No. 1 PAPUA Merdeka News | Portal
JAYAPURA | Menyikapi menembakan oleh militer Indonesia terhadap 2 orang rakyat sipil di Nduga pada tanggal 18 Juli 2020, Ketua ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) menegaskan pentingnga hari ini rakyat West Papua sadar dan bersatu untuk menyatakan sikap. Hal itu ditegaskan pemimpin kemerdekaan West Papua, Benny Wenda melalui pernyataan tertanggal 22 Juli 2020.
UNITED LIBERATION MOVEMENT FOR WEST PAPUA
International Secretariat, Winston Churchill Street, 1571 Port Vila, Republic of Vanuatu.
STATEMENT
22 JULI 2020
Jumlah rakyat West Papua yang tidak bersenjata yang mati dibunuh oleh tentara Indonesia di Kabupaten Nduga bertambah dua jiwa. Pembunuhan ini, beserta dengan habis berlakunya undang-undang tentang otonomi khusus pada tahun ini, adalah bukti dari niat Jakarta untuk menghabisi rakyat West Papua. Pada tahun ini, hanya ada satu solusi: sebuah referendum dan kemerdekaan untuk rakyat West Papua.
Elias Karunggu (40 tahun) dan Seru Karunggu (20 tahun), ayah dan anak, ditembak mati pada hari Sabtu, 18 Juli 2020. Mereka dipaksa mengungsi dari rumah mereka selama berbulan-bulan karena brutalitas operasi militer Indonesia yang sudah berlangsung di Nduga sejak Desember 2018.
Pada awalnya, kita berharap bahwa pandemi COVID-19 akan memaksa Polisi dan Tentara Indonesia untuk menghentikan represi brutal mereka, agar mereka bisa memfokuskan diri untuk menangani krisis kesehatan ini. Namun, Jakarta malah menggunakan krisis ini sebagai kesempatan untuk melanjutkan perang mereka dalam menghabisi rakyat Melanesia di West Papua. Bulan lalu, semakin banyak tentara Indonesia yang dikerahkan ke West Papua – untuk apa? Hanya ada satu alasan tujuan militerisasi semacam ini, yaitu: pembersihan etnis dan genosida. Lebih dari 45000 jiwa dipaksa mengungsi dari rumah mereka di Nduga sejak Desember 2018.
Operasi-operasi militer ini harus dihentikan secepatnya. Saya menyerukan kepada Presiden Indonesia agar semua tentara Indonesia di West Papua ditarik kembali, agar rakyat sipil yang terpaksa mengungsi dari tanah mereka sendiri diperbolehkan untuk kembali ke kampong mereka secara damai. Rumah sakit dan sekolah-sekolah di sana masih belum berfungsi, dan rakyat Nduga masih belum bisa kembali ke rumah mereka. Ini adalah krisis ganda untuk rakyat Nduga: krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh tentara Indonesia, dan COVID-19 yang diperparah oleh penjajahan brutal yang menghancurkan sistem kesehatan dan cara hidup kita.
Saya seruhkan kepada semua rakyat-ku untuk bersatul! Entah itu anda sebagai pegawai negeri, rakyat biasa, ataupun orang Indonesia yang lahir besar di West Papua, semua harus bersatu untuk untuk menyatakan menolak Undang-Undang Otonomi baru dan menuntut untuk diadakannya referendum [kemerdekaan West Papua]. Mulai hari ini, anda akan menentukan nasibmu dan nasib generasi-generasimu yang akan datang. Indonesia sedang secara terang-terangan dengan niat jahat sedang menghabisi rakyat Papua secara sistematis, dan kejadian-kejadian pada tahun lalu menunjukkan bahwa rasisme dan diskriminasi sudah tertanam di dalam proyek kolonial Indonesia. Sekarang kita semua harus bersatu dan bertindak sekarang. Ini adalah seruan saya kepada kita semua.
Kepada dunia internasional, khususnya kepada pemerintahan negara-negara Melanesia (MSG), Forum Kepulauan Pasifik (PIF), Uni Eropa dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB): jangan mendukung Undang-Undang Otonomi baru di West Papua. Jika kalian mendukung Undang-Undang baru ini, maka sama saja kalian secara langsung dan tidak langsung mendukung pembunuhan rakyat Papua melalui pemerintahan Indonesia, seperti pembunuhan Elias Karunggu dan Seru Karunggu pada hari Sabtu kemarin. Kami tidak mau mengalami nasib yang sama seperti rakyat pribumi di Australia dan Amerika Utara. Kami tidak mau lingkungan kami dihancurkan dan dicemarkan oleh penjajahan Indonesia. Kalian semua harus mendukung seruan kami untuk merdeka, sebelum terlambat.
Terhadap semua kelompok solidaritas kami di seluruh dunia, kami mohon agar kalian terus mendukung kami. Rakyat Indonesia mulai sadar dan mendukung rakyat West Papua, dan di Indonesia gerakan Black Lives Matter mulai berkembang menjadi suatu gerakan Papuan Lives Matter. Saat ini, kami memerlukan solidaritas, perhatian dan dukungan dari kalian semua.
Kepada Indonesia: tidak ada solusi lain untuk masalah ini, yang sudah berlangsung selama 57 tahun. Kami tidak akan menyerah sampai diberikan referendum untuk menentukan kemerdekaan West Papua. Setiap rakyat Papua yang dibunuh oleh tentara Indonesia hanya menambah tekad dan keyakinan kami, dan membuat kami bertambah kuat.
Posted by: Admin
Copyright ©ULMWP Official site “sumber”
Hubungi kami di E-Mail ✉: tabloid.wani@gmail.com